Kamis, 05 Juni 2008

YUBEN YIKWA MENINGGAL

YUBEN YIKWA MENINGGAL, BAGAIKAN SEMUT MATI DIATAS GULA.

JAYAPURA – Salah seorang Putra terbaik Provinsi Papua yang sedang menekuni Pendidikan di akademi penerbangan Deraya Flying School, Halim Perdana Kusuma Airport Jakarta, meninggal dunia akibat sakit maag.

Kepada wartawan Bintang Papua, Kristianus Agapa yang juga merupakan Ketua Assocition of Papua Aviation Students (APAS) di sela sela penjemputan Jenazah di Bandara Sentani 24/3 kamis kemarin mengatakan bahwa Ruben yikwa meninggal akibat sakit maag setelah dua hari mendapatkan perawatan intensive di rumah sakit santo karolus, Jakarta. Dikatakan, ruben Jikwa meninggal akibat jarang makan dan minum karena tidak ada biaya makan/minum. Selama Jikwa di bangku pendidikan di Deraya Flying School, Jakarta, biaya pendidikannya memang sedikit diperhatikan oleh pemda kabupaten Yahukimo, namun cukup hanya untuk biaya pendidikan pilot saja. Sementara biaya hidup dan biaya akomodasi ditanggung sendiri sehingga kebutuhan makan dan minum jarang terpenuhi, akhirnya jikwa terserang penyakit maag dan meninggal dunia.

Lanjutnya, saya pikir dia meninggal ibarat seperti semut yang mati di atas gula, artinya, Di tengah- tengah suasana menempuh pendidikan pilot secara serius untuk mewujudkan cita-citanya menjadi pilot agar dapat mengangkat harkat dan martabat rakyat papua, jikwa yang jarang makan dan minum serta jarang masuk kampus, harus meninggal karena tidak ada back upan dana yang cukup oleh pemda propinsi ataupun oleh pemda kabupaten. Padahal papua lebih dikenal dengan dana otsus miliaran rupiah yang memang mengalir di papua guna melakukan percepatan pembanguna di segalah bidang pembangunan dengan salah satu program perioritasnya adalah Pemberdayaan SDM terutama SDM di bidang langkah seperti pilot. Namun kenyataannya, perhatian pemda propinsi ataupun pemda kabupaten di papua terhadap taruna- taruna pilot teristimewah kepada Ruben Jikwa, sangat minim bahkan tidak ada perhatian sama sekali. agar dia dapat menyelesaikan pendidikan pilot hingga tuntas dalam keadaan yang aman dan sehat walaufiat.

Ketika ditanya wartawan Bintang Papua tentang pengaruh biaya hidup, biaya akomodasi, biaya perlengkapan kampus dan biaya transportasi terhadap proses pendidikan pilot, maka Kris Agapa yang juga menekuni pendidikan pilot di Deraya Flying School, Jakarta dan telah mendapatkan Ijazah PPL (Private Pilot License) mengatakan, bahwa biaya yang diperlukan untuk menunjang pendidikan pilot, tidak hanya biaya pendidikan pilot saja namun biaya-biaya penunjang lain seperti biaya hidup, biaya akomodasi, biaya perlengkapan kampus, dan biaya transportasi juga sangat diperlukan, karena jika satu tidak terpenuhi, maka pengaruhnya besar terhadap seluruh proses pendidikan pilot yang ada. Paling tidak biaya-biaya tersebut bisa dapat mendukung beberapa hal, antara lain adalah : 1). Taruna Pilot harus sehat jasmani serta makan dan minum yang cukup 2). Taruna Pilot harus tiba di kampus lebih awal dari instruktur dan tiba satu jam sebelum jadwal terbang yang telah direncanakan. 3). Taruna harus mempersiapkan segala fasilitas terbang yang diperlukan seperti flight computer, Flight Check List, buku-buku, Map, flight Chart dan lain-lain.