Mecintai Buku
oleh: Putra.Tatiratu
Suatu kebiasaan yang ingin saya tumbuhkan kepada putra kami adalah kecintaan kepada buku. Saban hari Sabtu dan/atau Minggu, saya dan istri mengajak buah hati kami yang masih berusia 6 bulan berkunjung ke Perpustakaan Kota Jakarta Pusat, di Jalan Tanah Abang I. Jarak tempuh 5 menit jalan kaki dari istana kami di Petojo Enclek XIII. Meski anak kami benar-benar masih belum paham benar apa itu buku, apa itu perpustakaan, kami tetap nekat mengajak dia turut serta ke rumah buku itu. Alasannya, kami ingin mengenalkan suasana buku, suasana perpustakaan kepadanya.
Sebuah keadaan miris terjadi di perpustakaan. Saban kami di sana, pengunjung tak pernah banyak. Kadang hanya kami sendiri bertiga, kadang ditambah dua atau tiga anak SD yang lebih banyak bermain di dalam perpustakaan ketimbang duduk membaca. Perpustakaan dengan ribuan judul buku itu sepi pengunjung. Iseng-iseng bertanya ke petugas. Ia menuturkan bahwa hari Sabtu dan Minggu paling maksimal 20 orang. Hari biasa pun kurang lebih sama.
Kondisi perpustakaan yang sepi berbanding terbalik dengan kolam renang yang berada tepat di depan hidung gedung perpustakaan. Lebih dari 100 orang, separuhnya anak-anak bermain-main di kolam. Untuk menikmati kolam, pengunjung harus merogoh kocek Rp1.600. Bagi yang membawa kendaraan harus membayar parkir. Padahal masuk perpustakaan gratis. Aneh bin ajaib. Orang lebih senang bermain-main ketimbang menghabiskan waktu dengan membaca.
Hemat saya, Membaca buku bisa mengubah pola pikir seseorang untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Membaca buku juga bagian dari proses pendidikan bagi pembacanya. Hanya saja, sebagian besar kegiatan membaca selama ini kerap diterima sebagai kewajiban atau keharusan. Hal itu dikatakan pakar pendidikan Arief Rachman. Menurutnya, orang tua dan guru harus terlibat aktif menumbuhkan minat baca di kalangan anak dan siswa. Jangan biarkan anak menonton tayangan televisi yang tidak jelas. Menyalahkan anak dan siswa saja tentu tidak bijak, apabila orang tua dan guru tidak memberikan teladan. Sangat indah ketika kita menyaksikan anak-anak sejak dini sudah dibiasakan untuk membaca
Membaca buku erat kaitannya dengan menulis. Keduanya adalah elemen yang saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan. Menulis tanpa membaca ibarat orang buta yang sedang berjalan. Artinya, dalam proses penulisan, seseorang akan mengalami banyak kesulitan, tertatih-tatih dan sekali berjalan lantas berhenti karena tidak tahu tujuannya. Sementara itu, membaca tanpa menulis ibarat orang pincang. Pengetahuan yang kita miliki tidak dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang. Karena ilmu pengetahuan yang tidak dikembangkan dan disampaikan kepada orang lain secara lisan atau tulisan terasa kurang memberikan makna dalam kehidupan.
Membaca tidak lain adalah suplement food atau energy drink bagi para penulis. Kalau ada penulis yang mengaku bisa produktif tanpa membaca sama sekali, hemat saya ada dua kemungkinan. Pertama, ia memang sudah mencapai tahap ‘manusia guru’ atau manusia setengah dewa. Kedua, ia berbohong, dan ini rupanya lebih masuk akal. Menulis bisa gampang kalau suplai informasi ke otak dan batin kita memadai. Proses pemasukan informasi itu berasal terutama dari aktivitas membaca. Membaca berarti memberi makna. Dengan membaca kita menafsirkan teks sekaligus belajar memahami konteks. Kita mencoba memahami apa yang tersurat sekaligus apa yang tersirat. Ini menjadi bagian pemulihan energi untuk penulis.
Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, kita menimba banyak manfaat. Membaca itu memperluas wawasan dan memperkaya perspektif kita, memperoleh banyak solusi atas berbagai masalah yang dihadapi, mengatasi trauma atau frustrasi, memadukan kerja pikiran sadar dan tidak sadar. Selain itu, membaca berarti mengolahragakan pikiran dan menimba kesegaran baru.
Sudah saatnya budaya membaca itu menjadi budaya kita. Anak-anak dilatih untuk membaca dan mencintai bacaan sejak dini. Perpustakaan yang ada di mana-mana bukanlah museum bagi buku-buku bacaan. Itu universitas rakyat, seperti moto perpustakaan umum di daerah-daerah. Ada banyak buku menarik dan berguna di perpustakaan-perpustakaan kita yang ada saat ini. Namun, tak ada artinya jika tidak dibaca. Benar kata-kata Joseph Brodsky, pengarang asal Rusia: “Ada beberapa kejahatan yang lebih buruk daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membaca buku.” Bahkan ada anekdot satir untuk kita: “Kalau orang Jepang tidur sambil membaca, sedangkan orang Indonesia membaca sambil tidur.”
Masyarakat membaca (reading society) bisa dimulai dari kebiasaan membaca. Mencintai buku adalah awal dari kebiasaan gemar membaca. Sudahkan Anda membaca hari ini?
Nilai Diri
Pagi ini seorang temanku mengirimkan email yang menurutku bagus, jadi mau kubagi pada teman-teman yang membaca wikimu. Atau mungkin juga teman-teman yang lain juga telah mendapat email yang sama karena sepertinya ini email berantai.
Ada 3 kaleng Coca Cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.
Ketika tiba hari, sebuah truk datang ke pabrik mengangkut kaleng-kaleng Coca Cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian
Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng Coca Cola pertama di turunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng Coca Cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.
Kemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.
Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng Coca Cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan.
Dan ketika keluarkan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng Coca Cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.
Sekarang, pertanyaannya adalah :
engapa ketiga kaleng Coca Cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?
Lingkungan mencerminkan harga. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.
Apabila berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari dalam diri, maka akan menjadi cemerlang. Tapi bila berada di lingkungan yang meng-kerdil-kan diri maka akan menjadi kerdil.
(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA.
[oleh: Siti Maesaroh/www.wikimu.com]
Mendiknas Alokasikan Dana Rp 200 Miliar
Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo menyatakan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp200 miliar untuk mahasiswa kurang mampu di Indonesia."Dana tersebut akan direalisasikan kepada mahasiswa sebanyak 400 ribu orang mahasiswa perguruan tinggi negeri dan swasta," kata Bambang Sudibyo di Sanur, Bali, Kamis. Usai pembukaan Konferensi Regional Asia-Pasifik Persiapan untuk Konferensi Internasional Bidang Pendidikan ke-48 di Swiss, ia mengatakan, mahasiswa yang mendapatkan bantuan tersebut sesuai dengan kreteria yang telah ditentukan, dan untuk pembagiannya diserahkan kepada masing-masing PT pada semester ganjil yakni Agustus mendatang. "Masing-masing mahasiswa akan mendapat bantuan sebesar Rp500 ribu per semester," katanya.
Ia mengatakan, jumlah penerima bantuan khusus sebanyak 400 ribu mahasiswa itu, setara dengan 10 persen dari total jumlah mahasiswa PTN dan PTS di Indonesia, yang jumlahnya mencapai empat juta orang.
Mendiknas menyebutkan, dana bantuan khusus ini adalah sebagai bagian bentuk kompensasi menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Langkah yang dilakukan pemerintah merupakan upaya mengurangi angka "drop out" akibat naiknya harga BBM yang berpengaruh juga terhadap naiknya harga kebutuhan hidup lainnya. "Soal pendidikan menjadi prioritas utama, karena merekalah yang nantinya akan membangun negara ini," ucapnya.
Selain dana bantuan khusus tersebut kata Bambang, pemerintah juga akan mengalokasikan beasiswa bagi siswa berprestasi mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/SMK hingga PT. "Kami belum bisa rinci dana beasiswa untuk siswa atau mahasiswa berprestasi itu," katanya menambahkan.**
--------------------------------------------------------------------------
Sumber:http://papuapos.com/Antara
Partai Mahasiswa, Mungkinkah?
Sepuluh tahun reformasi politik di Indonesia memang belum menunjukkan dampak yang nyata terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat. Upaya mengubah sistem pemerintahan dari sentralisasi ke arah pendekatan desentralisasi dengan diterapkannya otonomi daerah masih belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesejahteraan rakyat di daerah, kecuali bertambahnya kesejahteraan para pejabat daerahnya saja. Bagi-bagi kue kekuasaan berujung kepada terkurasnya sumber daya alam yang hasilnya bukan mensejahterakan rakyat di daerah tetapi lebih cenderung menambah pundit-pundi kekayaan pejabat-pejabatnya dan orang-orang tertentu saja. Banyak daerah yang kaya akan sumber daya alam dan tinggi pendapatan daerahnya tetapi rakyatnya masih ada yang menderita busung lapar, kurang gizi, pengangguran dan putus sekolah.
Mencari nafkah di partai politik
Permasalahan utama yang menyebabkan reformasi seperti jalan di tempat adalah tidak jelasnya kelanjutan komitmen reformasi itu sendiri. Komitmen yang dicanangkan di awal-awal gemuruhnya semangat reformasi yang diteriakkan di telinga rakyat dan janji-janji politik para penggagas reformasi, ternyata belum bisa dibuktikan oleh politikus-politikus yang kemudian bermunculan. Politikus-politikus dadakan dan oportunis bermunculan bak jamur di musim hujan. Mereka mengisi sebagian besar keanggotaan partai dan juga duduk di kursi dewan. Tak jelas karir politik mereka sebelumnya, ternyata setelah reformasi digulirkan mereka sudah aktif berpolitik dan gaungnya lebih menyalak dari pada politikus yang sudah berpengalaman. Bahkan banyak yang sebelumnya berstatus (maaf) preman dan pekerja kasar yang pendidikan sangat tidak jelas dan keintelektualannya tidak bisa dijamin bisa menjadi anggota partai dan duduk sebagai anggota dewan. Dan ini fakta yang bisa ditemui di banyak daerah, dibuktikan ada beberapa anggota dewan yang ijasah kesarjanaan bahkan ijasah sekolahnya terbukti palsu.
Biarpun seorang politikus dadakan tapi kalau mempunyai komitmen yang kuat untuk menegakkan cita-cita reformasi dan mengutamakan kepentingan rakyat sudah tentu termasuk politikus yang sangat diharapkan tampil di depan panggung politik Indonesia. Namun apabila para politikus oportunis yang banyak mengambil peran – baik politikus lama maupun dadakan – bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depannya nanti.
Mereka para politikus oportunis tersebut menjadikan partai dan kedudukannya dalam keanggotaan dewan maupun posisi jabatan di pemerintahan adalah sebatas sarana untuk mencari nafkah saja bukan sebagai wahana pengabdian, sehingga pada akhirnya yang menjadi tujuan bukanlah kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, melainkan bagaimana menambah jumlah kekayaan pribadi lebih banyak lagi. Orang-orang seperti ini tidak bisa diharapkan memajukan bangsa ini, bahkan bisa menjadi penghancur masa depan bangsa dan memiskinkan rakyat. Memang tidak ada yang menyalahkan kalau politikus tersebut mencari nafkah di politik, tapi seharusnya yang halal dan resmi saja, bukan mengambil yang bukan haknya (korupsi).
Mahasiswa dan pemuda sebagai politikus berintelektual
Peran politik mahasiswa belum ditunjukkan secara penuh oleh mahasiswa sekarang ini. Padahal hak dipilih dan memilih seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Banyak mahasiswa dan pemuda masih bereaksi secara keliru dan berkesan sesaat atas suatu kejadian yang merupakan akibat langsung dari kebijaksanaan politik yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Memilih untuk golput atau berdemo bila melihat suatu ketimpangan biasa menjadi pilihan, padahal tindakan tersebut biasanya bersifat kontra produktif dan hanya membuahkan cibiran banyak pihak. Seharusnya mahasiswa dan pemuda sudah mulai merapatkan barisan dan mengajukan ide-ide politik dan pembangunan ke dalam bentuk sarana yang resmi, misalkan sebuah partai politik.
Seperti diketahui hubungan mahasiswa antar kampus sudah terjalin dengan baik, seperti adanya Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia. Selain modal jaringan yang jelas dan meliputi wilayah yang luas, modal SDM yang berdedikasi, mempunyai loyalitas tinggi dan berintelektual juga merupakan modal dasar yang kuat untuk membentuk suatu partai politik yang handal. Masalah pendanaan mungkin bisa dirintis dari swadaya mahasiswa sebagai anggota partai. Kalau perlu BEM mendirikan suatu badan usaha dengan bidang usaha yang bisa dipasarkan di kalangan mahasiswa dan masyarakat, seperti kos-kosan, laundry, sewa-menyewa komputer, pengetikan dan lain sebagainya. Hasil usaha yang dijalankan dari, oleh dan untuk mahasiswa ini dapat dijadikan dana penggerak operasional partai. Sedangkan untuk pengurus inti partai dan yang dapat ditunjuk sebagai wakil partai di dewan adalah mahasiswa strata satu tingkat akhir, mahasiswa majister, doktoral atau para alumnus yang dianggap kompeten mewakili suara para mahasiswa. Para wakil rakyat dari partai mahasiswa dapat membawa suara dan program partai yang merupakan hasil musyawarah nasional (munas), di mana di dalam munas tersebut ditunjuk pula wakil-wakil partai dimaksud dan juga pengurus-pengurus partai di seluruh Indonesia.
Mahasiswa harus membuktikan diri sebagai pembela rakyat
Sudah saatnya para mahasiswa mengganti strategi parlemen jalanan ke parlemen yang sebenarnya. Premanisme yang mewarnai demonstrasi mahasiswa sudah saatnya ditinggalkan. Jaket almamater hendaknya jangan lagi berlumuran darah akibat pukulan dan tembakan aparat, tapi gantilah dengan keringat karena berpikir dan bekerja untuk kepentingan rakyat. Teriakan-teriakan di tengah jalan dapat dipindah ke ruang siding dewan menjadi suara-suara yang tegas dan penuh ide brilian. Ayo, para mahasiswa seluruh Indonesia, buktikan keintelektualan kalian dengan kerja nyata di lapangan politik. Buktikan pula bahwa kalian bukan hanya bisa protes tapi juga bisa bekerja. Apabila partai ini bisa terwujud, saya yakin rakyat banyak akan mendukung kalian, termasuk saya.
Sabtu, 07 Juni 2008
Budaya Menulis di Kalangan Mahasiswa 2
Budaya Menulis di Kalangan Mahasiswa 2
2008-06-07T05:20:00-07:00
olija
Langganan:
Posting Komentar (Atom)