Posted April 14th, 2008 by Putra.Tatiratu
Bahasa Inggris
abstraks:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.
Ada beberapa faktor yang turut berperan dalam upaya peningkatan keefektifan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul. Faktor-faktor tersebut adalah: guru, siswa, materi yang diajarkan, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan semua faktor yang ada selama proses belajar mengajar. Selain berhubungan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar, pembelajaran Bahasa Inggris juga berhubungan dengan empat macam keterampilan bahasa yaitu listening, speaking, reading, dan writing.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu tujuan pembelaaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun tertulis. Kemampuan berkomunikasi ini meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keempat kompetensi ini diharapkan mampu mempersiapkan dan membekali siswa SMA untuk melanjutkan ke enjang pendidikan yang lebih tinggi atau untuk memasuki dunia kerja terutama di sektor yangmembutuhkan keterampilan berbahasa Inggris.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris seperti yang tercantum dalam kurikulum, semua komponen yang terlibat dalam proses belaar mengajar di sekolah harus turut memberikan dukungan. Dengan memperhatikan bahwa setiap kelas mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, komponen-komponen yang terkait tersebut harus berupaya meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses belajar mengajar di kelas sesuai dengan karakteristik masing-masing kelas.
Secara umum, tidak semua sekolah dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum. Masing-masing sekolah menemui kendala yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan solusi yang diperlukan untuk mengatasinya, maka peneliti berpikir bahwa perlu ada upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di setiap sekolah. berdasarkan kenyataan tersebut, maka upaya-upaya ini pun bisa diterapkan di SMA Negeri 1 Sewon, Bantul.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul dengan menggunakan langkah-langkah penelitian tindakan (action research). Untuk langkah pertama, peneliti akan terlebih dahulu mengidentifikasi masalah-masalah yang mengganggu proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini.
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa faktor yang turut berperan dalam upaya peningkatan keefektifan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul. Faktor-faktor tersebut adalah: guru, siswa, materi yang diajarkan, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan semua faktor yang ada selama proses belajar mengajar. Selain berhubungan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar, pembelajaran Bahasa Inggris juga berhubungan dengan empat macam keterampilan bahasa yaitu listening, speaking, reading, dan writing.
Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran Bahasa Inggris, faktor-faktor di atas (guru, siswa, materi yang diajarka, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia) berhubungan dengan keempat keterampilan bahasa tersebut. Dari sudut pandang guru, keefektifan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penguasaan guru tentang grammar, kosakata, dan konteks wacana. Selain itu juga berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Pembelajaran yang efektif juga dipengaruhi oleh teknik mengajar guru. Biasanya, siswa akan merasa bosan jika harus mengerjakan kegiatan yang sama terus-menerus. Perasaan seperti ini akan menguarangi konsentrasi siswa sehingga mereka tidak akan menangkap materi dengan baik.
Effective reading tampaknya akan berpengaruh pada effective writing. Sebagai keterampilan reseptif, reading memberikan stimulus pada writing (keterampilan produktif). Keefektifan pembelajaran reading dan writing dari sudut pandang guru kemungkinan akan memberikan hasil yang optimal jika guru menggunakan potensinya secara efisien. Efisiensi pembelajaran reading juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan fasilitas yang tersedia secara optimal akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan memberikan pengetahuan serta gagasan untuk dikembangkan dalam writing. Biasanya siswa akan menemukan gagasan ketika mereka menghubungkan pembelajaran bahasa dengan kondisi di sekelilingnya.
Keterampilan bahasa yang lain yaitu listening dan speaking. Dari sudut pandang guru, effectif listening berkaitan dengan penguasaan guru terhadap grammar, kosakata, dan pronunciation. Mereka yang menguasai ketiga faktor tersebut akan dapat memahami pembicaraan orang lain dengan mudah. Guru adalah sumber pengetahuan di kelas, oleh karena itu kompetensi yang dimilikinya uga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.
Pembelajaran listening yang efektif akan berpengaruh positif terhadap speaking karena keberhasilan dalam listening membuat pembelajarn speaking lebih mudah. Keefektifan ini juga tergantung pada informasi yang disampaikan guru terhadap siswa. Praktik berbahasa Inggris di dalam kelas akan membentu siswa mengekspresikan gagasannya dalam bahasa Inggris. Pembelajaran listening dan speaking akan lebih efisien jika guru memberikan masalah-masalah untuk didiskusikan. Dalam diskusi ini, beberapa siswa mempraktikkan listening dan yang lainnya mempraktikkan speaking. Jadi, pembelajaran listening dan speaking ini bisa dilakukan secara terpadu.
Keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris tidak hanya dilihat dari sudut pandang guru saja, karena proses belajar mengajar juga berhubungan dengan faktor-faktor yang lain. Jika dilihat dari sudut pandang siswa, pembelajaran reading tergantung pada kebutuhan siswa untuk membaca. Kebutuhan itu bisa saja dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti menjawab pertanyaan dulu kemudian baru membeca materi. Jadi, mereka bisa menemukan apa yang mereka butuhkan dengan mudah.
Jika dilihat dari sudut pandang siswa, keefektifan dalam pembelajaran listening bergantung pada konsentrasi mereka selama proses belajar mengajar, penguasaan kosakata, dan pronunciation. Seperti pada reading, agar pembelajaran listening lebih efektif maka siswa harus terlebih dahulu mengetahui kebutuhannya, sehingga mereka tahu apa yang harus mereka dengarkan.
Keefektifan dalam pembelajaran speaking berhubungan dengan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang aktif akan memperoleh lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya sehingga akan lebih lancar berbicara dalam bahasa Inggris. Selain dipengaruhi oleh peran siswa di dalam kelas, proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan fasilitas pembelajaran secara optimal akan sangat membantu proses belajar mengajar Bahasa Inggris.
Jika dilihat dari sudut pandang materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran reading berhubungan dengan tingkat kesulitan materi. Materi yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari akan lebih efektif karena sudah akrab dengan siswa, sehingga mereka akan lebih mudah memahami materi tersebut.
Dalam pembelajaran writing, keefektifan berhubungan dengan fase-fase dalam menggunakan materi yang diperoleh. Misalnya, proses belajar mengajar dimulai dari pembelajaran kata dalam kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf yang baik, dan menyusun paragraf menjadi teks. Pemberian materi secara tepat akan memberikan hasil yang optimal. Selain itu, faktor lain yang turut berpengaruh adalah penggunaan waktu dan tenaga secara efisien. Efisiensi dalam penggunaan waktu dan tenaga akan membantu siswa dalam menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dalam writing.
Berhubungan dengan materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran listening dipengaruhi oleh keautentikan materi tersebut. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang sering mereka dengar, misalnya berita dari televisi atau radio, prakiraan cuaca, instruksi, pengumuman, lagu, dan sebagainya. Selain dipengaruhi oleh pembicara yang mereka dengarkan, apakah pembicara itu penutur asli atau bukan, efisiensi dapat dicapai melalui penggunaan fasilitas seperti laboratorium bahasa dan tape recorder.
Keautentikan materi juga berpengaruh pada keefeektifan pembelajaran speaking. Siswa akan lebih mudah mengekspresikan masalah-masalah yangsering mereka hadapi dalam kehidupannya. Dalam mengungkapkan masalah-masalah itu, siswa akan melibatkan pikiran dan perasannya sehingga komunikasi yang dilakukan akan tampak natural. Efisiensi dalam speaking berhubungan dengan level siswa. Siswa dibagi dalam tiga level, yaitu beginner (pemula), intermediate, dan advanced. Bagi pemula, akan lebih efektif dan efisien jika diberikan materi yang sederhana dulu kemudian baru materi yang lebih kompleks.
Berhubungan dengan teknik yang dipakai dalam proses belajar mengajar, pembelajaran reading berhubungan dengan mikro skills: scanning, skimming, explicit dan implicit reading, menarik kesimpulan dari konteks, dan membaca untuk hiburan. Keefektifan berhubungan dengan mikro skills yang terlibat. Penggunaan teknik yang bervariasi dalam pembelajaran akan mengurangi kebosanan siswa. Selain itu, efisiensi juga berhubungan dengan karakteristik kelas. Misalnya untuk kelas yang pasif, explicit reading dan membaca untuk hiburan akan lebih sesuai.
Pembelajaran listening dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya mendengarkan tape recorder, menjawab pertanyaan berdasarkan teks, menulis ulang lagu, mendengarkan radio dan televisi, dan sebagainya. Keefektifan berhubungan dengan pemilihan teknik yang tepat untuk kelas tertentu. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan penggunaan fasilitas yang tersedia.
Keefektifan dalam pembelajaran speaking berkaitan dengan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar, apakah mereka aktif atau tidak. Salah satu upaya untuk mendorong siswa menjadi aktif adalah dengan menggunakan information gap. Caranya dengan membagi kelas menjadi dua kelompok. Kelompok A mendapatkan informasi yang tidak diketahui oleh kelompok B, dan sebaliknya. Dengan cara ini akan terjadi komunikasi antara kelompok A dan B secara alami. Untuk memperoleh hasil yang optimal, proses ini harus efisien. Dalam hal ini efisiensi berhubungan dengan topik, apakah topik itu menarik atau tidak.
Berhubungan dengan waktu dan tempat yang tepat untuk proses belajar mengajar, tidak ada perbedaan antara reading, listening, speaking, dan writing. Keefektifan dan efisiensi tergantung pada tingkat kesulitan materi. Misalnya, reading dan writing membutuhkan banyak konsentrasi, oleh karena itu akan lebih efektif jika dilakukan pada pagi hari. Sedangkan untuk pembelajaran listening dan speaking dapat dilakukan pada siang hari.
Keefektifan dan efisiensi berhubungan dengan tempat yang sesuai untuk proses belajar mengajar listening, speaking, reading, dan writing berkaitan dengan ketersediaan media di dalam kelas. Misalnya, pembelajaran reading, speaking, dan writing dapat dilakukan di dalam kelas. Tetapi, pembelajaran listening akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di laboratorium bahasa, karena disana tersedia peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran seperti tape recorder, kaset, dan sebagainya.
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris pada kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ininterfokus pada pengenalan dan penerapan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk turut berperan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.
D. Rumusan Masalah
Seperti apakah perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.
F. Manfaat Penelitian
1. Bgi guru Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam pembelajaran Bahasa Inggris,
2. Bagi guru-guru yang lain, baik dari sekolah ini maupun dari sekolah lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam pembelajaran di kelas.
3. Bagi Kepala SMA Negeri 1 Sewon, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk menyusun atau merencanakan proses belajar mengajar secara terpadu yang efektif dan efisien.
4. Bagi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
5. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat, terutama untuk mengembangkan proses belajar
Sabtu, 07 Juni 2008
Bahasa Inggris
Kendala-kendala Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
Kendala-kendala Penguasaan Struktur Kalimat Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Asing pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FPBS UPI Bandung
oleh
Putra.Tatiratu
Abstrak
Di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI pada semester genap tahun 2000/2001 ada dua orang asing yang sedang mengikuti kuliah. Saya merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kedua orang mahasiswa tersebut. Penelitian ini difokuskan pada penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia. Setelah dilakukan penelitian, penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing itu masih kurang. Ada berbagai kendala yang menyebabkan mahasiswa asing itu kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia, yaitu:
1) Kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka
pahami;
2) Pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar;
3) Satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai;
4) Kerancuan pemahaman terhadap posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat;
5) Penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya;
6) Struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka;
7) Penguasaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak mereka ketahui
8) Penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.
Sehubungan dengan itu, berbagai usaha perlu diupayakan untuk menanggulangi proses pembelajaran bahasa Indonesia bagi orang asing itu.
1. Pendahuluan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing telah merambah ke berbagai mancanegara, misalnya di negara Amerika terdapat sembilan universitas dan di Jerman kurang lebih enam lembaga pendidikan (Soedjiarto, 1988); di Jepang ada dua puluh delapan (Shigeru, 1988 dlm. Dardjowijoyo, 1998:797); di Thailand ada lima buah universitas yang menawarkan bahasa Melayu sebagai bahasa asing ( Nimmanupap, 1998); di Italia (Rivai, 1998); di Australia dan di Selandia Baru, BI tidak hanya diajarkan di tingkat universitas bahkan di tingkat sekolah dasar dan menengah pun sudah diajarkan dan di negara-negara asing lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Perlu juga kita ketahui bahwa BI dalam program LOTE ( Language Other than English) merupakan salah satu dari enam bahasa asing yang bisa dipilih sebagai mata kuliah oleh para mahasiswa (Dardjowijoyo, 1998).
Sehubungan dengan itu, saya merasa tertarik untuk mengadakan penelitian ini yang fokus sasarannya ialah penguasaan struktur BI bagi mahasiswa asing yang sedang mempelajari BI sebagai bahasa asing. Dari hasil penelitian ini akan diketahui, bagaimana proses pembelajarannya, hasil yang dicapai serta kendala-kendala apa sajakah yang dirasakan sulit oleh mahasiswa asing itu tentang penguasaan struktur kalimat BI itu.
1.1 Masalah Penelitian
Pembelajaran bahasa Indonesia ( BI) bagi penutur asing masih banyak yang perlu digali dan diteliti agar sasaran atau tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian itu di antaranya tujuan atau target yang ingin dicapai, cakupan materi atau bahan pembelajaran, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, media dan masih banyak lagi permasalahan yang perlu dirintis untuk dicarikan jalan pemecahannya. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut ialah melalui penelitian dan dari berbagai pokok permasalahan yang telah disebutkan di atas, ada pokok masalah yang menarik perhatian saya, yaitu masalah penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam penguasaan struktur kalimat BI itu, masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini.
1) Sejauh manakah penguasaan mahasiswa asing terhadap struktur kalimat BI?
2) Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari struktur BI itu?
Kedua pokok masalah tersebut itulah yang akan dijadikan sasaran atau objek kajian penelitian ini.
1.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini ialah untuk memerikan
1) penguasaan mahasiswa asing tentang struktur kalimat BI; dan
2) kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari struktur kalimat BI.
Untuk mencapai sasaran atau target tujuan penelitian tersebut sudah tentu diperlukan dasar pemikiran teoritis serta pengembangannya dengan mengunakan metode dan teknik penelitian yang diterapkan di lapangan sesuai dengan objeknya.
1.3 Kerangka Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran mengapa mahasiswa asing itu diteliti penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesianya. Hal itu berdasarkan bahwa mahasiswa asing yang sedang kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI telah dapat berbahasa Indonesia. Oleh karena mereka telah dapat berbahasa Indonesia maka perlu ditindaklanjuti melalui penelitian ini sejauh manakah penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesianya. Di sini timbul dugaan, yaitu mahasiswa mampu menguasai struktur kalimat BI dengan baik dan benar atau mungkin pula sebaliknya.
1.4 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif karena data yang diungkapkan benar-benar terjadi pada saat penelitian ini dilakukan dan untuk mendeskripsikan prilaku berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing itu sebagai langkah awal digunakan teknik tes yang kemudian diikuti teknik nontes yang berupa observasi dan wawancara. Di samping itu, saya selaku peneliti mengadakan temu wicara dengan para dosen yang memberikan kuliah kepada mahasiswa asing tersebut. Hal itu dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai keadaan mahasiswa asing itu dalam mengikuti kegiatan perkuliahannya, begitu juga tentang prestasi perkuliahannya.
1.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini ialah kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa asing yang sedang mengikuti kuliah bahasa Indonesia di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI pada tahun kuliah 2000/2001. Adapun yang menjadi sampel penelitian ialah kemampuan mahasiswa asing dalam menguasai struktur kalimat BI yang sedang mengikuti kuliah Sintaksis pada semester VI, dan sebagai anggotanya ialah Sdr. Miki Yamane, mahasiswa asing yang berasal dari Jepang dan Sdr. Maheedin Ba-ngo yang berasal dari Thailand.
2. Landasan Teori
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing khususnya tentang penguasaan struktur kalimat. Landasan teori yang relevan dengan pokok masalah tersebut ialah landasan teori tentang struktur kalimat bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, landasan teori tentang struktur kalimat BI itu berbeda-beda, misalnya landasan teori tradisional, struktural, transformasi dan landasan teori yang lain-lainnya. Sehubungan dengan itu, landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah landasan atau pendekatan struktural. Tokoh struktural yang tidak asing lagi di Indonesia ialah Ramlan dengan karya tulisnya Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorys Keraff dengan Tata Bahasa Indonesianya, juga para ahli bahasa yang menyusun Tata Bahasa Baku BI lebih cenderung mengarah kepada faham struktural. Dari berbagai pandangan para ahli ini kemudian disarikan intinya yang kemudian dijadikan ramuan teori untuk memecahkan masalah penguasaan struktur kalimat BI bagi orang asing itu.
Inti teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat yang berklausa satu. Adapun kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara atau lazim juga disebut kalimat majemuk bertingkat.
Selanjutnya bagaimana menentukan tolok ukur struktur kalimat BI itu?
Tolak ukur untuk menentukan struktur kalimat BI itu didasarkan atas analisis unsur-unsur bawahannya sebagai unsur pembentuknya. Unsur bawahan kalimat adalah klausa. Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan 1) struktur internal, 2) ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P dan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P. Analisis klausa berdasarkan struktur internal difokuskan pada tiga tataran, yaitu: 1) fungsi, 2) kategori dan 3) makna atau peran. Analisis fungsional klausa didasarkan atas fungsi S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel. (Pelengkap) dan Ket. (keterangan). Analisis kategori didasarkan atas penentuan jenis kata yang mengisi unsur-unsur fungsi tersebut, misalnya kategori V (Verba), (N) Nomina, A (Ajektifa) dan kategori yang lainnya. Di bidang makna, S (Subjek) dapat bermakna Pel. (Pelaku), Predikat bermakna Tin. (Tindakan), Objek bermakna Pen. (Penderita) dan Keterangan dapat bermakna Tempat (Tem.) atau Waktu (W). Rangkaian makna sebagai penjelas maksud tersebut bergantung pada konteks kalimatnya.
Sebagai contoh, “ Ani memetik bunga mawar.”
Secara fungsional kalimat di atas terdiri dari fungsi S,P, dan O. Fungsi S diisi oleh kata Ani dan kategori kata Ani itu termasuk golongan N, fungsi P terdiri dari kata memetik yang tergolong kategori V, dan fungsi O terdiri dari kelompok kata bunga mawar yang tergolong kategori FN ( Frasa Nomina).
Di bidang makna S pada kalimat di atas menyatakan makna pelaku (Pel.) karena Anilah yang melakukan tindakan atau perbuatan memetik dan P yang diduduki oleh kata menyiram mengandung makna tindakan (Tin.) dan O yang dinyatakan oleh kata bunga mawar dengan kategorinya FN menyatakan makna penderita.
Perlu juga dikemukakan di sini bahwa makna P merupakan unsur klausa yang penting dalam struktur kalimat sebab unsur P pada umumnya unsur yang selalu hadir dalam setiap kalimat terkecuali pada kalimat yang tak berklausa karena pada kalimat tersebut tidak memiliki unsur P. Dari pengamatan para ahli, makna yang dinyatakan oleh P itu bermacam-macam, seperti P yang menyatakan 1) tindakan (Tin.), misalnya ,” Dini mencuci pakaian.” 2) P menyatakan makna keadaan, seperti dalam kalimat, “ Cuaca hari ini sangat cerah.” 3) P menyatakan makna pengenal, misalnya, “ Ia pegawai rumah sakit.” Dan 4) P menyatakan makna jumlah, sebagai contoh, “ Anak Pak Samin lima orang.”
Adapun makna yang dinyatakan dalam S (subjek) ialah 1) menggambarkan pelaku, 2) alat (Al), 3) sebab (Seb.), 4) penderita (Pen.), 5) has (H), 6) tempat (Tem.), 7) penerima (Ma), 8) pengalam (Peng.), 9) dikenal (Diken), dan 10) Terjemah (Terj).
Selanjutnya, makna yang terkandung dalam fungsi Objek (O). Objek dibagi atas dua bagian, yaitu O1 dan O2. Makna yang dinyatakan dalam O1, yaitu: 1) Penderita, 2) Penerima (Ma), 3) Tempat (Tem.), 4) Alat (Al), dan 5) menyatakan Has (H) dan makna yang dinyatakan dalam O2, yaitu 1) menyatakan makna penderita (Pen.) dan menyatakan makna has (H).
Di samping makna yang menduduki fungsi, S, P, dan O sebagaimana telah diuraikan di atas, juga fungsi yang lainnya, yaitu fungsi pelengkap (Pel.) dan Keterangan (Ket.). Makna yang terkandung dalam fungsi pelengkap (Pel.), yaitu 1) makna penderita (Pen.) dan makna alat (Al) sedangkan makna yang terkandung dalam makna keterangan (Ket.) terdiri atas 11 (sebelas) makna, yaitu: makna yang menyatakan 1) tempat (Tem.), 2) waktu (W), 3) cara (C), 4) penerima (Ma), 5) peserta (Pes.), 6) alat (Al), 7) sebab (Seb.), 8) pelaku (Pel.), 9) keseringan (Kes.), 10) perbandingan (Perban) dan 11) perkecualian (Perkec).
Suatu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam bangun struktur kalimat bahasa Indonesia adalah keefektifannya sebab suatu struktur kalimat tidak hanya ditinjau dari segi bentuk dan prosesnya semata-mata melainkan harus pula diperhatikan fungsi praktis kalimat adalah sebagai alat komunikasi. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut dapat dijadikan alat penyampai ide, gagasan atau pesan pembicara atau penulis kepada penyimak atau pembaca sehingga si penyimak atau pembaca itu dapat memahami kandungan maksud yang disampaikan si pembicara atau penulis itu. Oleh karena itu, keefektifan suatu kalimat sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki: 1) kesatuan gagasan, 2) koherensi yang kompak, 3) diksi yang cocok, 4) ragam atau variasi, 5) paralelisme, 6) kelogisan yang runtut dan runtun, 7) penekanan, dan 8) kehematan.
Demikian, sepintas kilas tentang landasan teori yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan struktur kalimat bahasa Indonesia itu. Setelah landasan teori ini diinternalisasi dan diakumulasi dengan komponen-komponen penelitian yang lainnya kemudian disusun instrumen. Instrumen itu merupakan alat pengumpul data. Agar instrumen yang digunakan pada mahasiswa asing itu cukup handal, terpercaya dan praktis maka ditempuh melalui penyeleksian materi tes, penyusunan kisi-kisi, penyusunan soal, uji coba soal, analisis soal, revisi soal dan barulah membuat soal yang benar-benar jadi. Setelah soal itu disajikan kepada mahasiswa asing tersebut kemudian diperoleh data. Data tersebut kemudian diolah, dianalisis dan dibahas. Analisis data dan pembahasannya dapat diikuti pada uraian berikut.
3 Data, Analisis dan Pembahasannya
Data kemampuan penguasaan struktrur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu diperoleh melalui tes tertulis dan wawancara serta pengamatan langsung terhadap orang asing itu dengan mempersilakan mereka untuk berkomunikasi dengan teman-teman mahasiswa orang Indonesia dan dengan dosen yang kebetulan di antara dosen itu adalah peneliti sendiri.
Setelah seluruh data itu terkumpul kemudian diolah dan dianalisis. Dari hasil pengolahan data tes tertulis, hasil kemampuan penguasaan struktur kalimat BI bagi orang asing itu masih kurang. Rata-rata penguasaan struktur kalimat BI ialah 40 dan dari hasil penguasaan lisan 50 sehingga rata-rata kemampuan mahasiswa asing itu 45. Dengan kata lain, kemampuan penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu masih belum memadai. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan. Hal-hal atau faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan mereka belum mampu menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia itu?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut perlu dianalisis dari sumber data yang telah diajukan kepada mahasiswa asing melalui tes dan wawancara dan untuk kurang memahami struktur kalimat BI perlu difokuskan pada materi atau bahan yang diteskan dan hasil wawancara antara penulis dengan para mahasiswa asing itu. Adapun faktor memudahkan proses analisis, faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan mereka -faktor yang disorot ialah 1) latar belakang penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, 2) penguasaan kosakata BI, 3) penguasaan kebahasaan, khususnya tentang struktur kalimat BI.
Baiklah untuk mengupas ketiga faktor tersebut, pembahasaannya dapat diikuti pada uraian berikut.
3.l Latar Belakang Penguasaan Bahasa Indonesia
Kemampuan mahasiswa asing yang diteliti ini berlatar belakang bahasa dan bangsa yang berbeda, yaitu dari Jepang dan dari Thailand. Oleh karena itu, penguasaan berbahasa Indonesianya pun berbeda pula. Sdr. Maheedin Ba-ngo yang berasal dari Thailand penguasaan BI- nya sudah lebih baik daripada Sdr. Miki Yamane dari Jepang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Ba-ngo yang berasal dari Thailand menyatakan bahwa dalam pemikirannya BI itu sama dengan bahasa Melayu seperti bahasa Malaysia tetapi setelah dia datang ke Indonesia ternyata banyak sekali perbedaan. Namun, diakuinya bahwa antara bahasa Patani dengan bahasa Indonesia banyak unsur persamaannya karena antara kedua bahasa tersebut masih serumpun.
Lebih lanjut, ia menyatakan belum pernah mempelajari BI seperti yang dirasakan sekarang. Kalau begitu, kapan dan di mana ia mempelajari bahasa Melayu? Ia mempelajari bahasa Melayu selama mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah Aliyah. Perlu dikemukakan di sini bahwa sistem belajar yang ditempuh masyarakat di Patani ditempuh melalui dua jalur. Jalur pertama, yaitu pendidikan umum dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menengah atas. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan umum itu dilaksanakan pada pagi hari. Setelah usai mengikuti pendidikan umum, pada sore hari ia mengikuti pendidikan agama di sekolah Aliyah ( Sekolah pendidikan Agama Islam Atas). Pada saat belajar di Aliyahlah ia banyak mengikuti pelajaran bahasa Melayu mirip bahasa Melayu di Malaysia.
Suatu hal yang menarik ialah bahasa tulis yang digunakan pada saat proses belajar mengajar di Aliyah ialah Bahasa Arab Melayu sedangkan bahasa tulis yang digunakan pada saat proses belajar mengajar di SMU ( Matayom Play ialah bahasa Rumi (Romawi) sama seperti di Indonesia, yaitu bahasa Latin sebab bahasa Latin termasuk rumpun bahasa Romawi (Shadily, 1986:293l). Di samping itu ada hal lain yang menarik ialah pelafalan bunyi-bunyi bahasa Rumi itu dilafalkan seperti lafal bahasa Inggris. Jadi, dapat dibayangkan betapa mereka mengalami proses pemahaman bunyi bahasa yang begitu kompleks sehingga tidak pelak lagi penggunaan bahasa Melayu yang dipelajarinya terjadi kerancuan, baik kerancuan fonologis, morfologis atau sintaksis. Faktor lain yang menyebabkan mereka kurang memahami struktur kalimat BI ialah kekurangan sumber bacaan kebahasaan dalam bahasa Indonesia. Penguasaan kebahasaan dalam bahasa Indonesia hanya berbekal penguasaan bahasa Melayu sewaktu belajar di sekolah agama. Walaupun dengan berbekal penguasaan bahasa Indonesia yang kurang mereka bertekad untuk mempelajari BI pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FPBS UPI. Tekad inilah yang patut dibanggakan dan dihargai dengan sambutan yang sebaik-baiknya.
Berbeda halnya dengan Sdr. Miki Yamane yang berasal dari Jepang. Bahasa Indonesia bagi Sdr. Yamane itu betul-betul asing sehingga komunikasi baik di dalam kelas maupun di luar kurang komunikatif. Walaupun demikian, upaya untuk mengkondisikan agar terjadi interaksi yang komunikatif perlu berbicara yang dilakukan dengan berulang-ulang dan bila komunikasi secara tertulis perlu dibantu media kamus atau secara langsung yang bersangkutan mengajukan pertanyaan. Upaya ini berdampak positif sebab dari hari ke hari interaksi antara saya dengan yang bersangkutan mengalami kemajuan. Di samping itu, Sdr. Miki Yamane rajin berinteraksi dengan mahasiswa dan masyarakat baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Ia sengaja bertempat tinggal di daerah Kompleks Sarijadi.
Ia adalah lulusan Sarjana Muda Jurusan City Planning di Universitas Hiroshima. Adapun latar belakang penguasaan berbahasa Indonesianya ialah melalui “Multi-Group Indonesian Language Class mulai bulan April 1988 sampai dengan bulan Agustus 2000. Jadi, kurang lebih 2 tahun, ia belajar bahasa Indonesia. Penguasaan berbahasa Indonesianya masih tergolong tingkatan dasar.
Demikian sekilas gambaran tentang latar belakang penguasaan bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing yang berasal dari Thailand dan Jepang itu. Selanjutnya, bagaimana pembahasan tentang penguasaan struktur kalimat bahasa Indonesia bagi kedua mahasiswa asing itu dapat diikuti pada uraian di bawah ini.
3.2 Analisis dan Pembahasan Penguasaan Struktur Kalimat
Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa tolok ukur untuk menentukan penguasaan struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing itu didasarkan atas analisis kalimat secara struktural. Analisis difokuskan pada tiga tataran, yaitu fungsi, kategori dan peran atau makna. Agar proses analisis ini cukup jelas, patut diketengahkan tentang data penguasaan struktur kalimat yang dibuat oleh para mahasiswa asing itu. Data yang diungkapkan di sini meliputi dua aspek, yaitu aspek penguasaan struktur kalimat BI yang diperoleh dari hasil tes dan yang kedua penguasaan kalimat BI yang diekspresikan oleh mahasiswa asing itu secara bebas kemudian ditulis.
Dari hasil pengolahan data melalui tes tertulis, mahasiswa asing itu masih mengalami kesulitan dalam menyusun struktur kalimat BI yang gramatikal. Mereka belum mampu membedakan struktur kalimat BI yang berpola gramatikal dan yang bukan, sebagai contoh
(l) Dia tidak ambil potlot saya.
(2) Saya tidak ketemu dengan dia dari kemaren.
(3) Saya faham apa yang dijelaskan.
Secara fungsional kalimat (1), (2) dan (3) bila dianalisis berdasarkan fungsi, ada yang sudah tepat dan ada pula yang masih kurang tepat. Demikian pula, kalimat tersebut bila ditinjau dari kategori kata yang menduduki fungsi predikat belum tepat sebab bentuk kata-kata tersebut tidak gramatikal, seperti kata ambil, ketemu, dan faham.
Kategori kata ambil dan faham termasuk kategori kata kerja bentuk asal atau dasar. Kedua kata kerja tersebut tergolong kata kerja transitif. Oleh karena itu, kedua kata kerja tersebut bila diterapkan dalam konteks kalimat, maka kata kerja tersebut harus dibubuhi awalan me-. Jadi, kalimat itu akan sangat gramatikal bila strukturnya berbunyi, “
(1) Dia tidak mengambil potlot saya.
(2) Saya tidak menemui dia dari kemarin.
(3) Saya memahami apa yang dijelaskannya.
Timbul pertanyaan mengapa kata ambil, dan faham itu kurang gramatikal dalam struktur tersebut? Kata-kata tersebut kurang gramatikal dalam konteks kalimat tersebut karena, kata ambil dan faham termasuk kategori kata dasar. Kategori kata dasar bila diterapkan dalam struktur kalimat pada umumnya akan berupa kalimat suruh. Contoh, “Ambil potlot itu!" Atau ambillah potlot itu! Jadi, berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditemukan bahwa kendala yang menyebabkan bagi mahasiswa asing kurang memahami struktur kalimat BI dikarenakan belum menguasai konstruksi kategori kata dalam konteks kalimat. Dasar pemahaman konstruksi kategori kata itu tidak terlepas dari bidang morfologi. Oleh karena itu, penguasaan morfologi BI bagi mahasiswa asing sangat diperlukan sebelum mereka mempelajari struktur kalimat BI.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa asing belum menguasai struktur kalimat secara gramatikal disebabkan masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam menggunakan kalimat itu dengan baik dan benar. Dengan kata lain, kesalahan yang dibuat mereka adalah kesalahan yang disebabkan kurang memahami aspek ketatabahasaan dalam BI. Kesalahan lain yang ditemukan dalam penelitian ini ialah penggunaan BI yang benar-benar kacau. Untuk itu, perhatikan data berikut ini.
(1) Kita tidak dapat krana ingin kita.
(2) Saya ingin mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dalam bentuk lain dan pertanya-pertanya itu.
(3) Sedang penyair jadinya penyair harus dengan membaca buku-buku.
Kalimat yang diungkapkan oleh mahasiswa yang bersasal dari Thailand ini benar-benar sangat kacau sebab di samping struktur kalimatnya yang tidak beraturan juga arti yang terkandung dalam kalimat tersebut tidak dipahami. Setelah dilakukan pengecekan secara langsung melalui wawancara dengan yang bersangkutan ternyata mereka masih sangat sulit untuk mengekspresikan kalimat dalam BI karena faktor 1) penguasaan kosakata BI masih kurang, 2) kurang memahami fonem BI, 3) Kurang memahami morfem BI dan konstruksinya, 4) kurang memahami konstruksi struktur kalimat BI serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Suatu hal yang menarik dari hasil penelitian ini ialah tentang penguasaan kalimat yang diungkapkan oleh mahasiswa yang berasal dari Jepang, sebagai contoh
(1) Saya itu buku baca.
(2) Saya tempat itu tahu.
Kalimat (1) dan (2) di atas merupakan interferensi dari bahasa Jepang sebab dalam bahasa Jepang konstruksi kalimatnya berpola S O P seperti “ Watashi wa hon o yomu.” Watashi = saya, hon = buku, dan yomu = membaca. Jadi, kalimat tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Saya buku membaca. Hal itu berbeda dengan konstruksi kalimat BI. Konstruksi kalimat BI berpola SPO. Kebiasaan menggunakan bahasa ibu terkadang telah melekat, akibatnya sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Di samping kesulitan pengaruh bahasa ibu terhadap bahasa asing, bahasa Indonesia, juga kesulitan penguasaan kosakata. Jangankan menguasai struktur kalimat BI, penguasaan kosakata pun masih sangat terbatas. Fakta ini dapat dibuktikan, yaitu pada waktu mereka dites dan hasil penelitian kemampuan membaca bagi mahasiswa asing yang dilakukan pada tahun 1999 di jurusan dan mahasiswa yang sama pula (Hidayat, 1999). Pembuktian yang lainnya ialah pada saat ujian, Sdr. Miki Yamane meminta izin untuk membuka kamus. Walaupun mereka diizinkan untuk membuka kamus, namun masih banyak soal yang tidak dijawab. Hal ini disebabkan mereka belum memahami benar kandungan maksud yang terdapat dalam kalimat yang ditanyakan itu. Akibatnya banyak soal yang tidak dijawab karena tidak memahami pertanyaan yang diajukan kepadanya, sebagai contoh
Apakah Sdr. mengalami kesulitan dalam mempelajari struktur kalimat di atas? Apakah kesulitannya?
Pertanyaan tersebut dijawab oleh mahasiswa asing yang berasal dari Jepang ialah
“ Karena ada kata apa.”
Demikan pula pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan jenis kata, atau unsur-unsur suatu kalimat tidak dapat mereka jawab, seperti fungsi kalimat, kategori kata dan peran atau makna yang merupakan satuan pembentuk struktur kalimat. Oleh karena itu, ditemukan dalam penelitian ini bahwa pemahaman tentang penguasaan struktrur kalimat dan bagaimana proses penggunaannya masih belum mereka kuasai. Sebagai akhir pembahasan hasil penelitian ini perlu disimpulkan sebagaimana diuraikan berikut ini.
4 Simpulan dan Rekomendasi
4.1 Simpulan
Setelah melalui proses analisis data, pengolahan dan pembahasannya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa asing masih belum menguasai struktur kalimat BI. Ada beberapa kendala yang menyebabkan mereka belum menguasai struktur kalimat, yaitu 1) Penguasaan kosakata BI masih kurang dan 2) Satuan-satuan linguistik sebagai unsur pembentuk struktur kalimat belum dikuasai; 3) Penguasaan struktur kalimat bahasa ibu masih melekat sehingga terjadi interferensi ke dalam BI sebagai bahasa asing; 4) terdapat perbedaan antara struktur pola kalimat BI dengan bahasa ibu khusus dalam bahasa Jepang sedangkan dalam bahasa Thailand tidak terlalu mencolok perbedaan antara BI dan bahasa Patani masih serumpun, yaitu rumpun bahasa Melayu.
4.2 Rekomendasi
Sehubungan dengan ditemukannya beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa asing dalam mempelajari BI sebagai bahasa asing maka dipandang perlu untuk dipikirkan langkah-langkah penanggulangan. Untuk itu ada beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan masukan untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu
1) Mahasiswa asing yang akan mengikuti kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia harus dites terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan dasar yang dikuasai mahasiswa asing itu. Rekomendasi ini telah diajukan pula pada hasil penelitian kemampuan membaca bagi mahasiswa asing di Jurusan yang sama pada tahun l998. ( Hidayat, 1988);
2) Penyusunan rancangan garis-garis besar perkuliahan sintaksis tentang struktur kalimat bagi mahasiswa asing;
3) Rancangan pengembangan model pembelajaran struktur kalimat BI bagi mahasiswa asing;
4) Penyediaan sarana media pembelajaran struktur kalimat BI baik yang bersifat elektronik maupun bukan elektronik; dan
5) Pengkajian evaluasi hasil pembelajaran struktur kalimat BI bagi pembelajar asing.
Demikian, beberapa rekomendasi yang dapat diajukan. Sudah tentu, masih banyak hal- hal lain yang belum terungkapkan di sini. Oleh karena itu, melalui konperensi yang dilaksanakan sekarang ini, kami sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sangat berharga dari hadirin sekalian agar proses pembelajaran BI bagi penutur asing dapat dikemas dalam suatu program pembelajaran yang menarik minat khususnya bagi penutur asing yang berkeinginan untuk memperdalam atau menguasai penggunaan BI secara praktis.
Akhirnya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena sajian hasil penelitian ini masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilanjutkan agar harapan serta tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Nabire, 23 Agustus 2001 Peneliti dan Penyaji
Putra.Tatiratu
Daftar Bacaan
Alderson, J. Charles & Urquhart. (1984). Reading in Foreign Language. London: Longman.
Ellis, Rod. (1986). Understanding Second Language Acquisition. New York: Oxford University.
Hornstein, Norbert and Lightfoot, David. ( 1981). London: Longman.
Hidayat, S. Kosadi. (1998). Kemampuan Mahasiswa Asing pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Membaca Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: UPI
Moeliono, M., Anton. dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. (1982). Ilmu Bahasa Indonesia: “ Sintaksis.” Yogyakarta: CV Karyono.
Sakri, Ajat. (1993). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Seliger, W. Herbert and Shohamy, Elana. (1989). Second Language Research Method.
Tarigan, Henry, Guntur. (1985). Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Wallace, Michael, J. (1991). Training Foreign Language Teacher. New York: Cambridge University Press.
NOMOR HALAMAN HEADER & FOOTER
NOMOR HALAMAN HEADER & FOOTER
Didalam word 2000 nomor halan naskah standarnya adalah tidak di cetak.
Artinya jika mengetik naskah dan mecetak naskah tersebut, maka kita tidak akan mendapatkan nomor halaman di bawah naskah cetakan .
Nomor Halaman
Jika kita ingin membuat nomor halaman agar tercetak dibawah naskah ,maka kita bisa menyisipkan nomor halaman tersebut pada documen kita.
Perintah yang digunakan dalam menyisip nomor halaman adalah dengan mengetik menu insert,lalu klik page numbers.
Akibat dari perintah ini, maka di layer akan muncul kotak dialog page number untuk membuat nomor halaman.
……………………………………………………………………………………………
• Potision di isi dengan letak dari nomor halaman yang akan kita buat di bawah naskah ( footer ) atau di atas naskah ( header ).
• Aligment di isi dengan peralatan ( letak ) dari nomor halaman.apakah ingin di kiri,kanan dan di tengah naskah.
• Show Number on First jika di beri tanda silang,maka nomor halaman akan di cetak mulai dari halaman pertama yang di cetak.jika tidak di beri tanda silang, maka pada halaman pertama nomor tidak muncul, tetapi di halaman 2 dan berikut nya akan di cetak.
Untuk menentukan jenis penomoran dan angka awalnya, kita harus mengklik tombol format pada Kotak Dialog Page Number, maka muncul kotak dialog format nomor halaman:
…………………………………………………………………………………………..
• Number Format
Pilih dan klik jenis penomoran yang akan di pakai. Bisa memakai angka biasa,abjad dan angka romawi.
• Page number
Klik nomor awal yang akan kita buat. Kita bisa melanjut kan nomor halaman dari halaman sebelum nya, atau membuat nomor halaman awal yang baru. Jika ingin membuat yang baru kita bisa memilih Start At, lalu mengisi nomor halamannya .
Klik OK untu keluar dari dialog format, lalu klik lagi OK lagi untuk keluar dari kotak dialog pembuatan nomor halaman.
Jika kita ingin lihat aapakah nomor halaman sudah muncul di akhir teks, maka kita bisa mengubah tampilan naskah dengan mengklil manu View, lalu klik Print Layout.
Atau kita menggunakan fasilitas preview dari word 2000 (menampil kan hasil cetakan dilayar) dengan menklik menu File, laliu klik print preview.
Headeer dan Footer
Header dan Footer adalah suatu fasilitas dalam program mengolah kata yang di gunakan untuk membuat judul berulang di atas (Header) dan judul berulang di bawah (footer) naskah.
Dengan fasilitas ini juga kita dapat membuat nomor halaman, jika tidak ingin membuat nomor halaman dari menu Inset, lalu klik Page Number.
Cara untuk membuat Header dan Footer adalah dengan mengklik menu View. Lalu klik Header and Footer.
Akibat perintah tersebut, maka di layar akan muncul fasilitas untuk membuat header and footer :
…………………………………………………………………………………………….
Selain dari dialog header dan footer, maka di bawah nya juga akan muncul satu kotak dengan di kelilingi garis terputus- putus yang digunakan untuk mengetik header footer.
Jika berada pada halaman genap,maka muncul tulisan Even Page Header, jika berada dalam halaman ganjil, maka muncul tulisan Odd Page Header.
Di tempat inilah kita bisa mengetik teks yang akan kita jadikan header atau Footer. Penggunaan atribut tulisan seperti mengubah ukuran tulisan,menebalkan tulisan dan lain lain juga bisa kita gunakan. Jangan lupa garis skala pengetikan juga berfungsi saat kita berada dalam fasilitas pengetikan Header dan Footer. Juga tabulasinya.
Keterangan :
Insert Auto Text untuk menyisikan teks secara otomatis
Insert Page Number untuk menyisipkan nomor halaman, nomor halaman yang muncul akan akan sesuai dengan nomor halaman yang kita pesan melalui menu Insert, lalu klik Page Number.
Insert Number of Page untuk memunculkan jumlah halaman.
Insert Date untuk menyisipkan tanggal system DOS
Insert Time untuk menyisipkan waktu system DOS
Page setup untuk mengubah setup halaman ( batas batas halaman).
Sho/Hide Ducument Text untuk menyembunyikan dan memunculkan naskah utama kita.
Save as Previous untuk membuat header dan footer yang sedang di kerjakan agar sama dengan header dan footer sebelumnya.
Switch between Header and Footer untuk berpindah dari pengetikan header atau sebaliknya.
Show Previous untuk menuju ke header dan footer halaman sebelumnya.
Show Next untuk menuju ke header atau footer halaman selanjutnya.
close untuk keluar dari pengetikan header atau footer.
Kata kata bijak
Kata kata bijak
Hidupku tak akan menghasilkan
Buah jika aku tidak belajar
Pemborosan waktu secara kreatif
By.Putra.Tatiratu
Suara panggilan terus mengundang
Setiap kali di bawa nya aku cinta
Entah kemana, baru ku ketahui kemuadian:
Aku dipanggil untuk apa hari kemaring ?
By.Putra.Tatiratu
Hidup seorang bahiagia miskin…..
Aku bersyukur kepad Tuhan
Akan tiap peristiwa kemarin
Pada hari baru ini………….
By.Putra.Tatiratu
Maka kepada harta masa lampau
Yang terindah sekalipun aku
Tetap ku katakana selamat tinggal
Dan akhirnya ku berdiri di hadapan Tuhan,sendirian.
Kepada-Nyalah kuberikan hatiku,sambil
Berkata,”Engkaulah, Tuhan, hidupku.
Engkau lah tujuan hidupku
By.Putra.Tatiratu
Setip kali ku alami penyembuhan
Luka batin…. Tangan Kristus menyentuh aku
Dan ketika aku mengalami frustasi,kegelapan,
Derita …..Kristuslah bergulat dalam kesengsaraan.
By.Putra.Tatiratu
Outbond yang Mengasyikan
Outbond yang Mengasyikan
Outbond yang sangat mengasyikan itulah pikir kami sehabis mengikuti kegiatan ini. Outbond merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan tiap tahunnya oleh SMA Kristen Anak Panah dengan tujuan utama mendidik setiap generasi penerus bangsa untuk menjadi seorang pemimpin yang cakap, kreatif serta inofatif dalam memimpin. Bertepatan dengan angkatan pertama dari SMA Anak Panah yang baru kelas tiga maka kegiatan inipun telah dilaksanakan sebanyak 3 kali.
Dengan persetujuan dari kepala sekolah, guru kesiswaan serta ketua osis maka kegiatan inipun siap dilaksanakan dengan membentuk sebuah panitia kecil yang tujuannya agar dapat menyukseskan kegiatan ini. Adapun panitia kecil yang dibuat dengan menunjuk Yohanes Hendrik Sukan sebagai ketua panitia serta beberapa anggota diantaranya Aris Purhoko, Linda Iriani, Sonya Pupoho, Marten Kobogau, Berto Lalao, Dina Miokbun, Santi Resbal, Tiara Andoy, Sari Kolamsusu, Jefri Tabuni serta yang lainnya.
. Sebelum kegiatan ini diberlangsungkan kami para peserta telah dibagi dalam tujuh kelompok dengan jumlah perkelompok 8-7 orang. Membawah berbagai atribut serta perlengkapan adalah kewajiban kami para peserta. Adapaun berbagai perlengkapan yang dibawah oleh peserta pria seperti ; topi kerucut, papan nama, tas kresek warna hitam, buku satu lembar serta ballpoint hitam dan untuk peserta wanita ; rambut dikepang dua, papan nama, tas kresek warna merah, buku satu lembar serta ballpoint biru. Itulah berbagai perlengkapan yang harus dibawah oleh kami para peserta. Hasil kesepakatan yang dibuat baik dari kepala sekolah, guru kesiswaan, ketua osis maupun ketua panitia adalah mereka menetapkan tanggal 2 Oktober hari sabtu sebagai hari hanya dimana kegiatan ini akan diberlangsungkan.
Pagi yang sangat cerah kira-kira pukul enam kamipun telah siap disekolah dengan berbagai macam atribut kami. Hari sabtu yang mengasyikan itulah pikir kami saat kegiatan ini akan diberlangsungkan. Sehabis terkumpulnya seluruh peserta walaupun ada yang terlambat maka kegiataan inipun siap dilaksanakan. Lokasi yang diambil untuk melangsungkan kegiatan ini adalah gunung Karang Mulia. Seraya menaiki mobil kamipun menuju tempat kegiatan akan diberlangsungkan.
Setelah tiba, kamipun mendapat berbagai pengarahan dari kepala sekolah yang sekaligus membuka berlangsungnya kegiatan ini. Beberapa pengarahan yang diberikan antara lain tentang tiga pasal utama dalam mengikuti kegitan tersebut. Adapun pasal pertama berbunyi ; peserta selalu bersalah, bunyi pasal kedua pembina tidak pernah bersalah, dan pasal yang terakhir kalau tidak terima dengan perlakuan panitia kembali kepasal dua.
Sehabis dibacakan ketiga pasal tersebut kami agak heran namun apa boleh buat kami selaku peserta harus mengikuti semua itu. Setelah mendengarkan berbagai ceramah dan arahan kamipun diberikan berbagai nasihat berupa hukuman. Hukuman yang diberikan semuanya dilakukan karena kesalahan kecil yang kami lakukan. Berbagai hukuman yang diberikan kepada kami para peserta diantaranya adalah push up, lari joging mengintari pusat kegiatan, merayap di tanah sambil menyanyi dan hukuman lainnya yang kalau diamati sangat mengecewakan kami.
Sehabis menerima berbagai hukuman dari para panitia kamipun tiba di pos pertama tepatnya di halaman gereja GBI Bethany Karang-Mulia. Pos ini dinamakan pos kejujuran. Di pos ini kami telah disambut dengan berbagai pertanyaan yang intinya menyangkut kejujuran kami. Sehabis menjawab berbagi pertanyaan kamipun mendapat berbagi saran dari para guru kami meyangkut kejujuran. Saran yang diberikan diantaranya adalah agar disaat kita menjadi seorang pemimpin jangan hanya pintar bicara atau IQ tinggi tetapi harus menjadi seorang pemimpin yang berhati jujur dan tulus agar kedepannya daerah yang di pimpin tetap aman dan tentram. Dengan mendengarakan berbagai uraian tentang kejujuran dari para guru kami membuat kami paham dan mengerti betul pentingnya suatu kejujuran.
Setelah cukup lama di pos pertama kami pun melanjutkan perjalanan kami ke pos yang berikutnya yaiut pos kedua. Dalam perjalanan menuju pos kedua kami diberi sebuah ultimat untuk menyanyikan sebuah lagu hingga tiba di pos kedua. Pos kedua ini dinamakan pos kesabaran. Di pos ini kami diajar untuk menjadi seorang pemimpin yang sabar serta bertanggung jawab terhadap segala kepercayaan yang diberikan. Ujian pertama yang diberikan di pos ini adalah kami harus mencari sebuah cincin milik salah seorang guru yang telah hilang (jatuh) dalam kali dan yang kedua adalah masing-masing kelompok harus menangkap berudu (katak kecil) sebanyak lima ekor dalam kali. Kalau dilihat ujian ini bukanlah sebuah ujian yang mudah. Tapi dengan segala kesabaran bahkan ketekunan kami maka sebuah cincin yang telah jatuh dan hilang dalam kali tersebut berhasil di temukan serta masing-masing kelompok berhasil menangkap berudu. Kira-kira waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kedua pekerjaan tersebut 2 jam.
Setelah tugas dan tanggung jawab di pos kesabaran telah selesai maka kami pun menuju pos ketiga yaitu pos rendah hati. Dalam perjalanan menuju pos ini kami harus mendaki gunung yang tinggi, melewati berbagi rintangan berupa hukuman maupun cobaan. Dalam perjalanan kami juga ditekankan agar tetap menjaga kekompakan agar bisa terlaksana apa yang diinginkan. Setelah melewati berbagai rintangan dalam mencapai pos rendah hati maka kamipun tiba di pos ini. Setelah kami tiba maka kamipun diperintahkan untuk mengucapkan setiap yel-yel yang kami miliki. Dengan mengucapkan berbagai yel-yel dari masing-masing kelompok kamipun diberi berbagai pengarahan mengenai kerendahan hati. Dari semua materi yang diberikan tentang rendah hati beberapa diantaranya adalah kami ditekannkan agar kedepannya menjadi seorang pemimpin yang rendah hati serta peduli terhadap sesama yang hidup dilingkungan kita.
Sambil materi diberikan nasihat dan teguran berupa hukuman tetap dijalankan. Beberapa hukuman yang diberikan oleh panitia kepada kami terlebih khusus bagi mereka yang agak bandel di pos ini diantaranya adalah memeluk sebatang pohon sambil meneriakan “saya mau merendahkan diri” memikul sebuah kayu menjadi salib sambil meneriakan yang sama dan penulis juga sempat disuruh mengangkat sebatang batang pohon yang sangat besar sambil meneriakan hal yang sama. Dengan hukuman serta nasehat yang diberikan membuat kami bisa memahami pentingnya suatu kerendahan hati agar disaat kami memimpin dapat menjadi seorang pemimpin yang takut akan Tuhan.
Sehabis mendengarkan berbagai nasihat maupun materi tentang kerendahan hati kamipun melanjutkan pertualangan kami menuju pos keempat. pos keempat ini dinamakan pos ketaatan. Di pos ini kami ini diajarkan untuk menjadi seorang siswa yang taat dan patuh terhadap orang tua maupun guru kami. Kemudian beberapa siswa yang sering mengabaikan teguran menyangkut peraturan disekolah dipanggil kedepan umum untuk meyampaikan janjinya agar tetap patuh dan taat kepada guru maupun orang tua mereka. Penyampaian janji mereka agak unik karena mereka nenyampaikannya melalui sebuah adegan berpidato. Dengan penyampain janji mereka didepan umum maka diharapkan agar kedepanya mereka lebih taat dan patuh lagi terhadap guru maupun orang tua. Sambil menyampaikan beberapa pidato dari pada siswa maka kegiataan lain berupa hukuman dan teguran kepada para pesertapun masih tetap diberlangsungkan. Sambil santai disertai gigitan nyamuk-nyamuk jahat kamipun dengan tabah dan sabar mendengarkan berbagai pidato yang disampaikan oleh mereka dan disamping itu juga kami secara umum dinasehati agar tetap menjadi siswa yang patuh dan taat kepada guru maupun orang tua yang kedepannya bisa berguna bagi banyak orang terutama orang tua kita.
Sehabis dari pos keempat maka kamipun melanjutkan kepos terakhir. Para panitia menamakan pos ini sebagai pos periistrahatan namun kami para peserta menamanakn pos ini sebagai pos pengujian. Mengapa kami menamakan pos ini sebagai pos pengujian. karena dipos ini kami diuji berbagai hal terutama mental kami. Banyak pemimpin pintar dan hebat namun, namun tidak banyak pemimpin yang baik mentalnya. Disinilah mental kami diuji karena kami juga akan menjadi pemimpin yang kedepannya dapat bermanfaat bagi banyak orang.
. Sambil baris kamipun diminta mengeluarkan berbagai ide maupun tanggapan kami mengenai kegiatan yang kira-kira telah diberlangsungkan hampir satu hari itu. Kami para pesertapun dengan santainya megeluarkan berbagai unek-unek kami tentang kegiatan tersebut tanpa sedikitpun ragu. Tanpa diduga-duga saat kami sedang mengeluarkan berbagai ide-ide maupun unek-unek kami tiba-tiba terjadi suatu perkelahiaan yang sangat luar biasa antara seorang panitia dengan seorang peserta, bahkan perkelaian ini melibatkan seluruh panitia. Karena terjadi perkelahian maka kami para pesertapun disuruh untuk berdiri dan memejamkan mata sambil mendengarkan berbagi kata-kata perlawanan yang dikeluarkan oleh para panitia terhadap seorang peserta tersebut.
Karena perkelahiaan yang terjadi semakin hebat maka beberapa peserta yang tidak terima dengan keadaan tersebut langsung keluar barisan sambil membuka matanya seraya mengatakan kata tantangan kepada para panitia. Dengan tabah dan sabar beberapa panitia yang memberhentikan suatu aksi yang sebenarnya tidak perlu bahkan tidak seharusnya dilakukan oleh para siswa-siswi yang kebetulan saat itu kepala sekolah serta beberapa gurupun sedang hadir. Saat kejadian sedang terjadi beberapa siswa wanita yang jarang mendapat bentakan bahkan omongan kasar langsung mengucurkan air mata sebagai tanda takut dan tidak terima dengan kejadian tersebut. Kemudian setelah drama itu dilewati maka kami para pesertapun diberitahukan bahwa itu merupakan sebuah aksi atau pertujukan yang diberikan agar menguji mental maupun emosi kami para peserta. Sehabis mendengarkan perkataan tersebut maka kami beberapa peserta yang sempat terpancing emosinya karena kejadian tadi hanya bisa tertunduk malu.
Sehabis drama tadi maka kami dikumpulkan untuk memanjatkan doa secara bersama yang sekaligus menutup kegiatan tersebut sambil melahap makan siang.
By.Putra,Tatiratu
Cerpen
Cerpen
Pria Berambut Ikal
“Tolong…. Tolong “ teriakan Yanti, karena dompetnya di copet namun tak ada seorang pun yang beranani untuk menghadan pencopet itu. Karena di tangan nya terdapat sebauah senjata api yang siap untuk di tembaki sipa saja yang mendekattinya, namun tiba – tiba dari belakan orang itu muncul seorang pria berambut ikal dan berpakaian mantel hitam yang pamjang mantel itu hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Dengan dua tendangan yang mengenai dada si pencopet itu, dan satu tendangan lagi yang menyebabkan sehingga senjata api yang dipegangnya itu terlepas dari tangannya, maka dengan begitu pria berambut ikal itu mendapatkan kesempatan untuk menghajar sipencopet tersebut lebih bebas. Dan akhirnya pencopet itu ditangap satpam dan tas Yanti pun di kembalikan
Trimakasih ya kata Yanti setelah mendapatkan tas nya kembali dari pria berambut ikal itu.dengan tak sengaja Yanti memandangi jam yang terpasan di tangan nya menunjukan pukul 05:00 dengan cepat Yanti mengangkat kepalanya untuk melihat pria yang sudah menolong nya, namun betapa terkejutnya ia karena pria yang tadinya berdiri dihadapan nya itu telah menghilang dengan hitungan detik saja.dengan gegas Yanti mencari pria tersebut namun ia tidak menemukannya, dengan hati yang gelisa dan penuh kebingungan Yanti berjalan pulang. Setelah tiba di rumah Yanti pun langsung membaringakan tubuh di kasur nya. Namun hati nya masih bingung memikirkan pria yang menolong nya di supermarket tadi. Ia mengambil remote TV yang berada di atas meja nya dan menylakan TV nya dengan maksud untuk melupakan kejadian yang baru saja ia alami. Namun ia pun kembali terkejut setelah mendengar berita pembunuhan yang ia dengar dari TV itu. dan yang membuatnya kaget adalah sikorban adalah pria yang menolongnya di depan supermarket, itu. Dengan saksama ia mendengar berita itu ternya orang yang menolongnya itu telah dibunuh 15 menit sebelum kejadian di depan supermarket.
Dengan hati yang kurang percaya, Yanti bergegas menuju tempat kejadian untu memastikan apakah betul orang yang menolongnya itu sudah meninggal sbelum menolongnya.Ternya betul kalau orang yang menolongnya itu lah yang meninggal. Ia meninggal akibat di tembak seorang penjahat bersenjata api. Dan menurut saksi yang melihat kejadian itu, sipelaku adalah orang yang sama dengan yang didepan supermarket. Brkat saksi-saksi dan pengakuan dari Yanti akhirnya si pelaku di tangkap dan di jeblos kan kedalam penjara.
By.Putra.Tatiratu
Puisi 2
Remaja rahasia
Dikejauhan aku memandangmu
Aku mengamati semua gerak tubuhmu
Dan kau tak tahu
Aku masih ingat jelas waktu itu
Senyumanmu yang manis merekah indah
Membuatku tak lelah memandangmu
Duhai siapakah gerangan namamu
Bolehkah aku mengenalmu?
Mengenalmu lebih dalam
Beribuh cara melintas dikepalahku
Bagaimanaka aku harus memulai
Maka kuawali dengan sebuah salam
Dan kukembalikan kelangit
Biar semua orang tahu
Betapa bahagianya aku mengenalmu
Meliahatmu puaskan hatiku
Ingin rasanya kuseberangi jurang ini
Agar kutak jauh lagi darimu
Melihatmu lagi itu yang ku mau
Dengan kuas ditangan ditemani kertas putih
Ayunan kuasku perlahan membentuk wajahmu
Wajah yang begitu akrab dihayalanku
Desi…..puisi ini telah kutulis
Singkat dan sederhana namun
Cukup mewakili semua yang kurasakan
Namun …,akulah pemuja rahasia
Bagai khayal,tetapi nyata
Aku ada namun jarang terlihat
Desi,itu namamu
Kutahu itu dari kawan sekolahmu
Nama yang manis lebih dari manis
Bahwasanyaku menarik pelangi dari langit
Kan kubentuk namamu
PUISI TERAKHIR UNTUK IBU
PUISI TERAKHIR UNTUK IBU
Pagi indah Dan diramaikan kicauan burung yang merdu yang telah membangunkan semua orang,namun aku.
Tiba tiba saja ada suara perempuan stengah baya yang membangunkan aku dari mimpiku,
“Rasya bangunlah hari sudah siang”
bi Ina, dia lah orang yang selalu membangunkan aku setiap pagi jika aku terlambat bangun
pagi itu aku sengaja di bangunkan kesiangan, karena pada hari itu aku akan di antar ibu ke dokter
aku memang lagi sakit tertapi aku sendiri tidak tahu penyakit apa yang aku alami, karena ibu selalu menyembunyikan hasil pemeriksaan ku dari dokter, karena memang ibu tidak ingin melihat aku sedih
sampai tak sengaja aku lewat didepan ruang dokter yang manangani aku. Dan aku mendengar percakapan dokter itu dengan ibu ku tentang penyakit ku yang sudah mencapai stadium 4.
Ternyata selama ini aku mengidap kangker otak yang kapan saja dapat merengut nyawahku, karena itu aku selalu di bawah periksa ke dokter oleh ibu ku.
Aku melangkahkan kaki ku ke lorong tengah rumah sakit itu yang agak sepi, dan tampa sadar air mataku telah membasahi seluruh pipiku. Setelah ayahku meninggal ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarga dan mengambil aliih seluruh pekerjaan ayah.kecelakaan itu lah yang membuat aku dan ibu terpisah dari ayah.
******
“Pagi Rasya” tegur seorang yang baru datang dari belakan ku.dia adalah tema dekat aku namanya jesicka.
Muka kamu kok pucat, kamu ada masalah ya? atau kamu lagi sakit ? aku baik baik saja,balas ku sambil tersenyum padanya, walaupun senyunman itu kupaksakan.dia adalah cewek remaja di sekolah ku yang paling aku sayangi selain ibuku.
“Rasya hari sabtu nanti kamu datang ya ke rumah aku , kakak ku ulang tahun dan kami membuat ucapan syukur. “Kamu datang ya Ras” iya aku pasti datang
Tiba-tiba terdengar deringan lonceng yang memutuskan pembicaraan kami berdua.
Dan ia pun berjalan menuju kelasnya sambil mengingatka aku lagi tentang ulang tahun kakak nya, dan aku pun langsung masuk kedalam kelas ku karena kebetulan kami berbicara di depan kelas ku. Sementara didalam kelas aku memikirkan sesuatu kepada ibu aku, karena aku tahu hidup ku tidak akan lama lagi, karena aku difonis dokter hidup ku tinggal tiga bulan lagi.
Tampa terasa hari- hari telah berlalu, dan hari ini adalah hari sabtu, dan aku sudah bersiap – siap untuk pergi kerumah jescka.
“Rasya kamu perginya diantar sama sopir ya” kata ibuku sambil menyuruh pak sopir untuk mengantarkan aku.
******
“Malam Jesc” sapa aku pada jesicka yang sudah dari tadi menunggu aku di depan teras rumahnya
Rasya aku kira kamu tidak akan datang, “nyatanya aku disini. kan” balas aku dengan nada agak bergurau, “mana kakak mu? “ ada didalam tu, ayo kita masuk.
Kami berdua pun masuk dan bergabung dengan yang lainya
Setelah acara itu selesai aku pamitan Dan langsung pulang karena, rasa sakit dikepala ku tak dapat ku tahan lagi. Tetapi aku berusaha menyembunyikan itu dari jesicka, karma ku tak ingin melihat dia sedih karena aku
******
Rasa sakit ku sudah tak tertahankan lagi, tetapi aku tak ingin melihat ibu ku sedih,karena itu aku selalu menyembunyikan dari ibu ku Dan membuat seolah olah aku tak merasakan apa-apa. Namun kini rasa itu sudah tak sanggup aku tahan lagi, Dan aku tahu bahwa sebentar lagi aku akan meninggalkan semua orang- orang yang kau sayangi, terutama ibu ku dan Jesicka.
Aku memutuskan untuk menulis sebuah puisi terakhir untuk ibu ku di akhir hidup ku ini.
Aku masuk ke kamar aku Dan mengambil selembar kertas berwarna biru tua,dan ku mulai menulis puisi itu.
Terima kasih ibu 9 bulan aku berada dalam rahim mu
Engkau menjaga ku dengan kasih yang tak dimiliki orang lain
Disaat Engkau lahirkan aku kedalam dunia ini
Engkau dihadapkan pada dua pilihan mati atau hidup untuk ku
Kektika Engkau berhasil memilih hidup untuk ku
Penderitaan mu ta terhenti sampai disitu
Engkau masih harus manjaga,dan menyusuiku
Denga kasih sayang dan cinta engkau membesarkan ku
Walaupun engkau mesti berkorban demi aku,dengan apakah harus
Ku balas semuanya itu,kalau saja aku masih diberi kesempatan Untuk hidup aku Ingin membahagiakan mu dan melihat senyum Yang terpancar dari wajahmu, Namun kini hidupku sudah tak lama Lagi, didetik-detik terakhir hidup ku ini Hanya puisi ini yang dapat Aku tinggalkan untuk mu
Semoga Tuhan selalu menjaga dan melindungimu dari terpaan Gelombang Dunia ini, tegarlah selalu Bunda
Selamat tinggal bunda tercinta……………………
MAKALAH 2
MAKALAH
JUDUL
PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPRIBADIAN
SOSIOLOGI
DISUSUN OLEH :Putra.Tatiratu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas telahNya memberikan akal budi dan pemikiran kepada kami, maka kami dapat menyelesaikan makala sosiologi dengan baik.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dengan maksudnya pempelajaran mata pelajaran sosiologi ini di fokuskan kepada upaya pengembangan kemampuan dan pemahaman kehidupan manusia. Demikian pula kepada teman – teman mendiskusikan tentang hasil diskusinya.
Penulis ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada guru pengajar sosiologi BAPAK HARY NONOBAIS. S. SOS
Tentang sosiologi semoga makala ini bermanfaat bagi guru- guru dan murid –murid khususnya SMA Kristen Anak Panah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di nabire yang kita cintai ini.
Nabire 29 mei 2008
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………
A. kebudayaan ……………………………………………1.
pengertian kebudayaan
Kebudayaan menurut beberapa Alih Sosiologi…….
Bab IIB. kepribadian………………………………………………
I. pengertian kepribadian ………………………
2.faktor factor yang mempengaruhi kepribadian ………………
a. Warisan biologis……………………………..
b. Lingkungan fisik
BAB III PENUTUPAN ………………………………………
A. kesimpulan……………………………………………….
B. Saran………………………………………………
Pustaka………………………………………
Bab I
KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari kata budih dalam bahasa sansekerta yang berarti akal kemudian menjadi kata budhi (tunggal)atau budhaya (majemuk)sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kekbudayaan berasal dari kata budhi dan daya. Budhi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia
Dalam bahasda inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa yunani)yang berarti mengerjakan tanah.
Pemilihan definisi kebudayaan yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang mendefinisikanya. Enam di antaranya akan dibahas berikut ini,terdiri atas tiga buah dari budayawan Indonesia dan tiga lagi dari bangsa asing.
a) ki hajar dewantara
kebudayaan menurut ki hajar dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat ) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b) sutan takdir alisyahbana
sutan takdir disyahban mengatakan bahwa kebudayaan adalah manisvestasi dari cara berfikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan cara perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat di ungkapkan dari baris dan cara berfiki9r termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
c) koetrajaranigrat
koetrajanigrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus di biasakanya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
d) A.L. Kroeber dan c.kluckhohn
a.l Kroeber dan c.kluckhohn dalam bukunya culture, a crittical review of concept and definisitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manivestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
e) Malinoswski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai system kebutuhan manusia. Tiap tinkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatanya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk yang tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
f) C.A fan peursen
f.a fan peursen menyatakan bahwa dewasa ini kebudayaan di artikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang berlainan dengan hewan maka manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah di sediakan oleh alam. Misalnya beras agar dapat di makan harus di ubah dulu menjadi nasi.
Bebera Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan Secara Garis Besar
a) factor kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) factor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat.
b) faktor induk bangsa
ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaru terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan barat umumnya tingkat cauca soit dianggap lebih tinggi dari pada bangsa lain,yaitu mingloid dan negroid.
Sedangkan pandangan timur berpendapat bahwa peran ihnduk bukan sebagai factor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat masih “ tidur dalam kegelapan . hal itu lebih jelas ketika dalam abad xx, bangsa jepang yang dapat di ikatakan lebih rendah daripada bangsa barat.
c) fakto saling kontak antar bangsa
hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangs lain.
Akibat daripada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa mempertahankan jkebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan aslidan terjadi budaya jajahan yang sifatnuya tiruan.
MEMAHAMI KEBUDAYAAN
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu di kenala beberapa masalah lain yang menyangkut kebudayaan.
a) unsure kebudayaan
unsure kebudayan dalam kamus besar Indonesia berarti bagiandari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya unsur tersebut , kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar perjumlahan usur – unsure yang terdapat di dalamnya.
1) system regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam – putikan”kehidupannya.
2) system organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagia homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang merupakan tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan kesejahtraan hidupnya.
3) Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia homo sapien. Pengetahuan dapat dari pemikiran sendiri ,disampin itu dapat juga dari pemikiran orang lain.
4) System teknologi dan peralatan merupakan produk dari manusia sebagai hormo faber.Dapat memegan suatu yang enak, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat.
5) Bahasa merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujud kan dalam bentuk tanda ( kode ) ,yang kemudian di sempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
6) Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu pemuas untuk memenuhi kebutuahan psikisnya.
b. wujud kebudayaan
selain unsure kebudayaan, masalah lain juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material ) yang memiliki cirri dapat dilihat ,diraba, dan dirasa sehingga libeh konkret atau mudah dipahami.kedua kebedayaan kerohaniaan (spitual ) yang memiliki cirri da[at di rasa saja .oleh karena itu ,kebudayaan rohani bersifat lebih abstrak dan lebih sulit di pahami
koentjaraningrat dalam karyanya kebudayaan ,memtalitet,dan pembangunan menyebut bahwa paling sedikit ada tiga wujud kebudayaan ,yaitu
1) Sebagai suatu kompeks dari ide-ide ,gagasan ,nilai-nilai ,norma- norma ,peraturandan Sebagainya.
2) Sebagasi suatu komleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3) Sebagai benda – benda hasil karya manusia
C. Sifat- Sifat Kebudayaan
Selain memiliki unsure dan wujud, kebudayaan juga memiliki sifat.
Kebudayaan sangat banyak, mengingat kebudayaan kita sangat beraneka ragam dan dapat di teruskan secara social dan pelajaran.
1) Kebudayaan Beraneka Ragam
keanekaragama kebudayaan di sebabkan oleh beberapa factor, antara lain manusia tidak mememiliki struktur anatomi secara khusus sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkunganya.
2) kebudayaan dapat di teruskan secara social dengan pelajaran
penerus kebudayaan dapat dilakukan secara horizontal dan fertikal. Penerus secara hori sontal apabila di lakukan terhadap suatu generasi dan biasanya secara lisan sedangkan vertical di lakukan antara generasi dengan jalan melalui tulisan.
3) kebudayaak di jabarkan komponen-komponen biologi, psikologi,dan sosiologi.
Biologi, psikologi, dan sosiologi merupakan tiga komponen yang di bentuk pribasi manusia.
Bab II B. KEPRIBADIAN
I: PENGERTIAN KEPRIBADIAN SECARA UMUM
Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.
2) PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT BEBERAPA ALIH SOSIOLOGI
a) Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
b) Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
2. factor factor yang mempengaruhi kepri badian
a) Warisan Biologis
warisan biologis adalah semua halyang di terima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua .
Contohnya : ayah Darwin adalah seseorang yang tidak suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tampa di sadari di miliki juga oleh anaknya Samuel. Contoh lainya adalah ayah otis adalah seorang yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis otispun akan bertumbuh ke hal yang sama.
b) Lingkungan Fisik
pengaruh lingkungan atu fisik terhadap kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan factor- factor lainya. Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
PERBEDAAN PENGERTIAN ORANG PADA ZZAMAN DUHULU DAN ORANG PADA ZAMAN SEKARANG
a) Dulu orang percaya bahwa beberapa unsure kepribadian se perti ambisi, kejujuran, kriminalitas,
penimpanan seksual dan sebagainya, merupakan warisan dari orangtua.
b) Namun pada zaman sekarang orang lebih percaya beberapa pakar bahkan sifat kepribadian di tentukan oleh pengalaman seperti kemampuan, perestasi, dan prilaku sepenuhnya di tentukak lingkungannya.
Hal ini sangat benar karena kita melihat kondisi yang terjadi pada zaman ini, pada umumnya orang tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan kepribadianya sendiri tetapi kepribadian itu sangat di pengaruhi oleh kebudayaan
Salah satu contoh yang membutikan bahwa kepribadian di pengaruhi oleh kebudayaan adalah, dulu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak pernah mengenakan pakayan seksi, sangat sopan santun ketika bertemu atau akan melewati depan orang yang lebih tua dan sangat menjaga perasaan orang lain Hal ini di laksanakan tampa ada peraturang namun dengan kesadaran daripada pribadi seseorang.
Tetapi yang kita temukan sekarang adalah, banyaka sekali perilaku yang terjadi dan itu sangat bertentangan dengan kepribadian seseorang pada zaman dulu, ini semua terjadi karena pemanasan global dan perkembangan budaya atau pertukaran budaya antar suatu kelompok suku, bangsa, bahasa, dan benua dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bab III
Penutup
Kami sadar sedalam dalamnya bahwa sosiologi adalah ilmu karena menyapkan pengetahuan tentang masyarakat yang di peroleh melalui metode ilmiah
A. Kesimpulan
Setiap kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap – tiap individu yang tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaak akan membentuk ssuatu metode kepribasian / karakterseseorang dalam bermasyarakat
B. saran
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah yang kami sasjikan sebuah judul pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian agar pembaca bisa membaca dan memahami apa yang ada didalam makalah ini sehingga sangat berguna.
Apabila pembahasan dari kelompok ini ada kata – kata yang kurang di mengeti atau kurang di pahami, kami mohon maaf sebesar besarnya dan siap menerima saran usul / masukan pendapat dari teman – teman dan juga guru pengajar BAPAK HARI NONOBAIS
apabila ada kata kata yang kurang di mengerti kami mohon maaf sebesar- besarnya maka tugas makalan ini bisa mengerjakan sesuai dengan tugas yang di berikan atas perhatian serta tanggung jawab bersama kami ucapkan banyak terima kasih
MAKALAH
MAKALAH
JUDUL
PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPRIBADIAN
SOSIOLOGI
DISUSUN OLEH :Putra.Tatiratu
KATA PENGANTAR
Puju dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas telahNya memberikan akal budi dan pemikiran kepada kami, maka kami dapat menyelesaikan makala sosiologi dengan baik.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dengan maksudnya pempelajaran mata pelajaran sosiologi ini di fokuskan kepada upaya pengembangan kemampuan dan pemahaman kehidupan manusia. Demikian pula kepada teman – teman mendiskusikan tentang hasil diskusinya.
Penulis ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada guru pengajar sosiologi BAPAK HARY NONOBAIS. S. SOS
Tentang sosiologi semoga makala ini bermanfaat bagi guru- guru dan murid –murid khususnya SMA Kristen Anak Panah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di nabire yang kita cintai ini.
Nabire 29 mei 2008
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………
A. kebudayaan ……………………………………………1.
pengertian kebudayaan
Kebudayaan menurut beberapa Alih Sosiologi…….
Bab IIB. kepribadian………………………………………………
I. pengertian kepribadian ………………………
2.faktor factor yang mempengaruhi kepribadian ………………
a. Warisan biologis……………………………..
b. Lingkungan fisik
BAB III PENUTUPAN ………………………………………
A. kesimpulan……………………………………………….
B. Saran………………………………………………
Pustaka………………………………………
Bab I
KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari kata budih dalam bahasa sansekerta yang berarti akal kemudian menjadi kata budhi (tunggal)atau budhaya (majemuk)sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kekbudayaan berasal dari kata budhi dan daya. Budhi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia
Dalam bahasda inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa yunani)yang berarti mengerjakan tanah.
Pemilihan definisi kebudayaan yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang mendefinisikanya. Enam di antaranya akan dibahas berikut ini,terdiri atas tiga buah dari budayawan Indonesia dan tiga lagi dari bangsa asing.
a) ki hajar dewantara
kebudayaan menurut ki hajar dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat ) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b) sutan takdir alisyahbana
sutan takdir disyahban mengatakan bahwa kebudayaan adalah manisvestasi dari cara berfikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan cara perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat di ungkapkan dari baris dan cara berfiki9r termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
c) koetrajaranigrat
koetrajanigrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus di biasakanya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
d) A.L. Kroeber dan c.kluckhohn
a.l Kroeber dan c.kluckhohn dalam bukunya culture, a crittical review of concept and definisitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manivestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
e) Malinoswski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai system kebutuhan manusia. Tiap tinkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatanya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk yang tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
f) C.A fan peursen
f.a fan peursen menyatakan bahwa dewasa ini kebudayaan di artikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang berlainan dengan hewan maka manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah di sediakan oleh alam. Misalnya beras agar dapat di makan harus di ubah dulu menjadi nasi.
Bebera Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan Secara Garis Besar
a) factor kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) factor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat.
b) faktor induk bangsa
ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaru terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan barat umumnya tingkat cauca soit dianggap lebih tinggi dari pada bangsa lain,yaitu mingloid dan negroid.
Sedangkan pandangan timur berpendapat bahwa peran ihnduk bukan sebagai factor yang lebih dulu lahir dan cukup tinggi pada saat bangsa barat masih “ tidur dalam kegelapan . hal itu lebih jelas ketika dalam abad xx, bangsa jepang yang dapat di ikatakan lebih rendah daripada bangsa barat.
c) fakto saling kontak antar bangsa
hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangs lain.
Akibat daripada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa mempertahankan jkebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan aslidan terjadi budaya jajahan yang sifatnuya tiruan.
MEMAHAMI KEBUDAYAAN
Untuk lebih mendalami kebudayaan perlu di kenala beberapa masalah lain yang menyangkut kebudayaan.
a) unsure kebudayaan
unsure kebudayan dalam kamus besar Indonesia berarti bagiandari suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai suatu analisi tertentu. Dengan adanya unsur tersebut , kebudayan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar perjumlahan usur – unsure yang terdapat di dalamnya.
1) system regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam – putikan”kehidupannya.
2) system organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagia homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang merupakan tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan kesejahtraan hidupnya.
3) system mata pencarian yang merupakan produk dari manusia sebagai homoeconomicus manjadikan tinkat kehudupan manusia secara umum terus meningkat.contoh bercocok tanam ,kemudian berternak ,lalu mengusahakan kerjinan,dan berdaggan
PENGERTIAN KEPRIBADIAN SECARA UMUM
I: PENGERTIAN KEPRIBADIAN SECARA UMUM
Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.
2) PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT BEBERAPA ALIH SOSIOLOGI
a) Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
b) Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
2. factor factor yang mempengaruhi kepri badian
a) Warisan Biologis
warisan biologis adalah semua halyang di terima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua .
Contohnya : ayah Darwin adalah seseorang yang tidak suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tampa di sadari di miliki juga oleh anaknya Samuel. Contoh lainya adalah ayah otis adalah seorang yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis otispun akan bertumbuh ke hal yang sama.
b) Lingkungan Fisik
pengaruh lingkungan atu fisik terhadap kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan factor- factor lainya. Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
PERBEDAAN PENGERTIAN ORANG PADA ZZAMAN DUHULU DAN ORANG PADA ZAMAN SEKARANG
a) Dulu orang percaya bahwa beberapa unsure kepribadian se perti ambisi, kejujuran, kriminalitas,
penimpanan seksual dan sebagainya, merupakan warisan dari orangtua.
b) Namun pada zaman sekarang orang lebih percaya beberapa pakar bahkan sifat kepribadian di tentukan oleh pengalaman seperti kemampuan, perestasi, dan prilaku sepenuhnya di tentukak lingkungannya.
Hal ini sangat benar karena kita melihat kondisi yang terjadi pada zaman ini, pada umumnya orang tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan kepribadianya sendiri tetapi kepribadian itu sangat di pengaruhi oleh kebudayaan
Salah satu contoh yang membutikan bahwa kepribadian di pengaruhi oleh kebudayaan adalah, dulu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak pernah mengenakan pakayan seksi, sangat sopan santun ketika bertemu atau akan melewati depan orang yang lebih tua dan sangat menjaga perasaan orang lain Hal ini di laksanakan tampa ada peraturang namun dengan kesadaran daripada pribadi seseorang.
Tetapi yang kita temukan sekarang adalah, banyaka sekali perilaku yang terjadi dan itu sangat bertentangan dengan kepribadian seseorang pada zaman dulu, ini semua terjadi karena pemanasan global dan perkembangan budaya atau pertukaran budaya antar suatu kelompok suku, bangsa, bahasa, dan benua dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bab III
Penutup
Kami sadar sedalam dalamnya bahwa sosiologi adalah ilmu karena menyapkan pengetahuan tentang masyarakat yang di peroleh melalui metode ilmiah
A. Kesimpulan
Setiap kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap – tiap individu yang tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaak akan membentuk ssuatu metode kepribasian / karakterseseorang dalam bermasyarakat
B. saran
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah yang kami sasjikan sebuah judul pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian agar pembaca bisa membaca dan memahami apa yang ada didalam makalah ini sehingga sangat berguna.
Apabila pembahasan dari kelompok ini ada kata – kata yang kurang di mengeti atau kurang di pahami, kami mohon maaf sebesar besarnya dan siap menerima saran usul / masukan pendapat dari teman – teman dan juga guru pengajar BAPAK HARI NONOBAIS
apabila ada kata kata yang kurang di mengerti kami mohon maaf sebesar- besarnya maka tugas makalan ini bisa mengerjakan sesuai dengan tugas yang di berikan atas perhatian serta tanggung jawab bersama kami ucapkan banyak terima kasih
Pemerintah Menutup Mata Hati terhadap Meninggalnya 67 Orang
Yones Douw : Pemerintah Menutup Mata Hati terhadap Meninggalnya 67 Orang di Distrik Kamu, Monamani
Para pejabat jangan kalian gila dengan jabatan, uang serta kedudukan tetapi gila dan pedulilah terhadap masyarakt yang memilih dan mengakat kalian menjadi wakil mereka. Karena tanpa mereka kalian tidak akan berdiri di kursi empuk yang sedang kalian duduki saat ini. Tidak salah kalau pemerintah pusat menyebutkan pejabat Papua hanya jadi boneka di daerahnya sendiri.
Hal ini di tuturkan Yones Douw Ketua Koordinator perdamaian dan Keadilan Daerah Nabire, Paniai dan Puncak Jaya ditemui, jumat (30/5) di sela-sela kesibukannya.
Lebih lanjut dirinya menambahkan, korban yang meninggal di distrik kamu ini dari hari ke hari akan bertambah terus, sehingga perhatian dari distrik dan pemerintah nabire sangat penting. Namun yang di sayangkan perhatina mereka sama sekali tidak ada. Mereka sempat memabntu dengan mengirimkan beberapa perawat dari
Moanemani pada tanggal 3 Mei 2008 selama 4 Hari Dinas Kesehatan membentuk Tim Medis dan persiapan-persiapan untuk turung kelokasi kejadian ,pada tanggal 7 Mei 2008 Tim Medis berangkat dengan mengunakan Pesawat SUSI AIR Ke Moanemani dan khusus Kepala Distrik Kamu Penyerahkan Uang Saja kepada Tim Medis saja Lalu kepala Distrik nya Tidak berangkat ke tempat Tugas .Setelah Tim Medis tiba di Moanemani Mereka melaksanakan Pengbatan kepada masyarakat yang sedang menderita selama kurang lebih 4 hari . Pada Tanggal 12 Mei 2008 Tim Dokter Kembali dari Moanemani ke Nabire.Tanggal 13 Mei 2008